REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah studi di Amerika Serikat menyatakan, tiga dari empat orang tua tidak menyadari anak remaja mereka memiliki pemikiran berulang tentang bunuh diri. Sebagian besar masalahnya mungkin karena remaja sering menyangkal perasaan tersebut.
Para peneliti mewawancarai 5.137 remaja pada rentang usia 11 hingga 17 tahun. Proses tersebut juga dibarengi dengan dengan satu orang tua kandung atau orang tua tiri.
Dari hasil wawancara tersebut, sebagian besar remaja dalam penelitian ini tidak melaporkan pikiran untuk bunuh diri. Namun, ketika mereka melakukannya, setengah orang tua mereka tidak menyadari remaja ini memiliki pemikiran bunuh diri.
Sekitar satu dari 10 orang tua dalam penelitian ini adalah ayah. Ayah cenderung tidak mendeteksi pikiran bunuh diri remaja daripada ibu.
Penelitian yang diterbitkan Pediatrics menyatakan, sebanyak 76 persen orang tua tidak tahu kapan remaja secara teratur memikirkan kematian. Dengan fakta tersebut, temuan ini menyoroti pentingnya komunikasi terbuka antara orang tua dan remaja dan menciptakan lingkungan keluarga yang aman dan suportif.
"Di mana remaja merasa nyaman mengungkapkan masalah mereka dan kekhawatiran kepada orang tua dan orang tua merasa nyaman meminta informasi dari anak remaja mereka yang memiliki percakapan yang sulit,” kata pemimpin penelitian Jason Jones.dan Fakultas Kedokteran Universitas Perelman Pennsylvania, Selasa (15/1).
Dokter di Rumah Sakit Anak Philadelphia mengatakan, remaja perlu tahu mereka dapat bergantung pada orang tua saat dibutuhkan. Orang tua juga tidak perlu ragu mencari bantuan jika mereka memiliki masalah.
Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di kalangan remaja AS pada usia 10 hingga 24 tahun. Tingkat kematian bunuh diri di kalangan orang muda juga telah meningkat. Lebih dari dua pertiga remaja yang mengalami pikiran untuk bunuh diri tidak menerima layanan kesehatan mental.
"Ini karena banyak alasan termasuk sifat internal pemikiran bunuh diri, kurangnya skrining sistemik dan penyangkalan oleh remaja bahwa mereka memiliki pemikiran ini," kata dosen University of California, San Francisco, dan dokter Rumah Sakit Anak Benioff Jacqueline Grupp-Phelan.
Grupp-Phelan menekankan, pesan yang bisa diambil dari hasil penelitian tersebut adalah orang tua mesti bertanya kepada anak remaja bagaimana keadaan mereka. Ketika melihat perubahan perilaku atau tingkat energi sebaiknya langsung mencari bantuan tenaga profesional kesehatan mental.