Jumat 25 Jan 2019 10:45 WIB

Bukan Hadiah Bermerek, Ini Kebahagiaan Anak Sesungguhnya

Waktu berkualitas dengan anak wajib bagi orang tua.

Rep: Santi Sopia/ Red: Ani Nursalikah
Orang tua dan anak
Foto: pixabay
Orang tua dan anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua bisa memberikan materi, kasih sayang, perhatian dan apa saja untuk sang anak. Namun, rupanya kebahagiaan anak tidak hanya diukur dari materi.

Menurut psikolog pendidikan dan anak Elizabeth Santosa atau yang akrab disapa Lizzie, nyatanya kebahagiaan anak bukan hadiah barang atau produk bermerek. Lizzie mengatakan, berdasarkan pengalamannya, kebahagiaaan anak adalah perhatian yang mereka dapatkan.

Baca Juga

 

"Berapa banyak mainan, baju, es krim misalnya yang dia dapat saat kecil? Dia tidak akan ingat. Karena saat dewasa, bahagia di memori dia itu misalnya, diajak papah ke Puncaklah, main kelambu, main gitar sama-sama, nggak ada yang ingat brand," kata Elisabeth di Jakarta, Kamis (24/1).

Orang tua sering salah kaprah menafsirkan maupun memberikan kebahagiaan yang kadang-kadang tidak terlalu bermakna untuk anak. Memang, saat kanak-kanak, si kecil seringkali lebih memilih dibelikan mainan, misalnya dibandingkan menghabiskan waktu bersama orang tua.

Tapi, jika sudah beranjak dewasa, orang tua perlu hati-hati. Kebiasaan itu lama-lama bisa membuat anak kerap berorientasi materi.

"Padahal mereka bahagia kalau punya memori bahagia. Dekat, terlibat bersama orang tua. Kenapa anak bahagia penting? Karena kalau anak bahagia, dia punya energi positif, ke sekolah bahagia, jadi dasar untuk semuanya," kata Lizzie.

Jika anak bahagia, dia juga akan menjadi sosok yang tidak mudah menyerah. Sebaliknya, jika dasarnya sudah tak bahagia, bangun tidur pun sudah malas.

Sebagai orang dewasa juga perlu memberi contoh. Jangan berharap anak kita pemberani, jika orang tua introvert dan antisosial.

Kuncinya, orang tua harus bisa selalu terlibat dalam mendidik anak. Lupakan segudang teori karena orang tua memiliki intuisi dan yang paling penting adalah aksi bukan sekadar teori yang diketahui.

"Pertama, waktu berkualitas itu wajib, tidak boleh ada distraksi, kontak mata. Lalu membuat anak merasa penting. Mereka juga ingin merasa penting. Kita beri curahan hati, pikiran, dan waktu. Uang bisa dicari, tapi waktu akan berlalu," ujar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement