Senin 29 Apr 2019 10:47 WIB

Menyita Ponsel Anak bukan Solusi Terbaik Cyberbullying

Banyak remaja di berbagai belahan dunia bunuh diri akibat cyberbullying

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Christiyaningsih
Anak perlu mendapatkan edukasi media sosial yang benar
Foto: Independent
Anak perlu mendapatkan edukasi media sosial yang benar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak remaja di berbagai belahan dunia bunuh diri akibat mengalami perundungan di dunia maya (cyberbullying) terutama di media sosial (medsos). Di Australia, angka bunuh diri remaja sudah mencapai statistik tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Satu dari 10 gadis remaja berusia 14-15 tahun di Australia melukai diri sendiri dalam setahun terakhir. Banyak orang menyebut ponsel pintar (smartphone), intimidasi siber, dan medsos penyebab utamanya. Krisis ini harus diatasi, namun orang tua perlu berhati-hati sebelum menyalahkan semuanya pada teknologi.

Baca Juga

Remaja selalu menjadi kelompok rentan. Bunuh diri biasanya diawali dengan kecemasan tinggi dan depresi. Mereka merasa cemas dan depresi karena kurang tidur, tuntutan terus berprestasi di sekolah, tekanan ekonomi, masalah keluarga, trauma, atau kehilangan teman.

Faktor lainnya adalah penyimpangan seksual, penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual, kurangnya dukungan keluarga, dan riwayat bunuh diri di keluarga. Sebelum orang tua terburu-buru menyimpulkan ponsel adalah penyebab utama bunuh diri pada remaja, kita perlu berpikir luas.

"Orang tua atau wali murid memiliki peran terbesar. Sangat penting menjalin hubungan positif dengan anak, menetapkan batas-batas jelas dan menanamkan nilai-nilai prososial," kata Manajer The National Center Against Bullying (NCAB) di Alannah & Madeline Foundation, Sandra Craig, dilansir Kidspot, Senin (29/4).

Sekolah adalah pihak kedua yang berperan kuat dan suportif. Guru guru dengan siswa dan  sesama siswa bisa memberi perlindungan bagi anak-anak yang hidup di lingkungan keluarga bermasalah. Sekolah, kata Craig, harus menjadi tempat aman secara psikologis dan fisik di mana ada kebijakan dan pedoman jelas tentang intimidasi dan perundungan terhadap siswa.

"Sekolah perlu pendekatan positif untuk pendidikan dan manajemen perilaku siswanya," kata Craig. Orang dewasa sangat mudah menyepelekan masalah remaja. Padahal bagi remaja, masalah mereka itu sangat besar.

Kita perlu mengakui masalah mereka, bukan memaksakan realitas kita sendiri. Jika kita ingin remaja terbuka pada kita, kita perlu menjelaskan bahwa kita berada di pihak mereka dan ingin membantu. "Cobalah belajar mendengarkan alih-alih menyepelekan masalah mereka," kata Craig.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement