Kamis 05 Dec 2019 14:25 WIB

Kala Komentar Nyaring Si Kecil Terdengar oleh Difabel

Si kecil dapat saja melontarkan komentar tak terduga soal difabel

Rep: MGROL 125/ Red: Reiny Dwinanda
Atlet difabel. Ketika melihat penyandang disabilitas, anak dengan segala rasa penasarannya bisa saja berkomentar spontan hingga terdengar ke telinga orang yang dimaksud.
Foto: Abdan Syakura
Atlet difabel. Ketika melihat penyandang disabilitas, anak dengan segala rasa penasarannya bisa saja berkomentar spontan hingga terdengar ke telinga orang yang dimaksud.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada saja orang tua yang kewalahan merespons ketika buah hatinya secara tak terduga berkomentar dengan nyaringnya tentang penampilan difabel hingga terdengar oleh orang yang dimaksud. Anda pernah mengalaminya?

Psikolog klinis Masfuukhatur Rokmah MPsi menganjurkan agar orang tua tak panik saat menghadapi situasi seperti itu. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan?

Baca Juga

Beri pengertian dengan bahasa yang halus

Ketika anak secara-tiba-tiba berkomentar mengenai penyandang disabilitas, coba berikan pengertian dengan bahasa yang halus. Biasanya, itu terjadi didorong rasa penasaran serta ketidaktahuannya. Ayah dan ibu pun perlu menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti anandanya.

"Bisa dengan mengatakan, "Sayang, dia kakinya sakit jadi tidak bisa berjalan seperti kamu, jadi kamu harus bersyukur.",” jelas Fuukha.

Mewakili meminta maaf

Jika anak melakukan hal agresif, misalnya langsung menendang atau nyaring berkomentar hingga terdengar oleh penyandang disabilitas atau kerabatnya, cobalah meminta maaf mewakili anak yang belum mengerti. Meminta maaf perlu dilakukan mengingat komentar atau perlakuan anak dapat menyakiti hati mereka.

Tetap menegur anak, tetapi tidak di depan umum

Anak tetap harus ditegur jika melakukan kekerasan atau komentar yang tidak mengenakkan. Menurut Fuukha, anak tak ubahnya orang dewasa di dalam tubuh kecilnya. Dia juga memiliki rasa ingin dihargai sehingga Fuukha melarang orang tua untuk menegurnya di depan umum.

"Kita bisa menegurnya di tempat lain yang tidak ramai. Kita bisa sampaikan, "Nak, lain kali tidak boleh seperti itu ya, karena dia sakit kakinya jadi dalam berjalan perlu dibantu," jelas Fuukha.

Jika anak sudah mengerti dan bertemu lagi dengan orang tersebut di lain waktu, orang tua bisa dapat memotivasi anak untuk meminta maaf dan berkenalan secara langsung. Itu akan sangat bagus karena merupakan tindakan yang bisa membuat anak tahu apa yang harus ia lakukan.

Tidak hanya memberi tahu

Orang tua sebaiknya tidak sekadar memberi tahu anak-anaknya tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Mereka juga harus mengajarkan anak untuk mencari yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki keadaan.

Misalnya, jika anak salah dalam berujar, maka ajarkan ia untuk meminta maaf. Selain itu, menurut Fuukha, jika anak tidak tahu, maka ajarkan mereka untuk bertanya pada orang dewasa.

“Ajarkan anak untuk membantu dan bertanya apa yang dibutuhkan para penyandang disabilitas. Kita juga bisa ajak anak untuk berkenalan. Hal tersebut dapat membuat anak disabilitas merasa senang," ujar Fuukha.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement