REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah harian Indonesia mencapai 175 ribu ton per hari. Tiadanya pengelolaan sampah yang baik dan benar juga kian berdampak pada pencemaran lingkungan dan alam.
Pengelolaan sampah bisa dipraktikkan secara sederhana mulai dari rumah, misalnya dengan membedakan sampah organik dan non-organik. Sampah organik adalah jenis sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran atau daun-daun kering.
Sedangkan sampah non-organik seperti botol plastik, tas plastik atau kaleng. Sampah-sampah plastik bisa dijual kepada para pengemul, sedang sampah organik bisa disulap menjadi kompos.
Anggota Komunitas Forum Peduli Karst Citatah (FP2KC) Agus Sumitra memberikan tip sederhana membuat kompos dari sampah rumah tangga. Pertama menyiapkan alat dan bahan, tempat pengomposan bisa berupa keranjang atau gentong plastik dengan bagian bawah yang telah dilubangi kecil-kecil.
“Lubang-lubang kecil ini nantinya akan menjadi tempat rembesan keluarnya air dari sampah. Air itu adalah kompos cair,” kata dia dalam kunjungan Kampung Berseri Astra di Cidadap, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu.
Setelah gentong siap, sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga bisa dimasukkan setiap harinya. Secara berkala bubuhi juga dengan tanah atau sedikit serbuk gergaji, dan untuk kualitas kompos yang bagus bisa ditambahkan dengan kotoran hewan. Kemudian setelah penuh, sampah organik yang ada di dalam gentong bisa ditutupi dengan rapat.
Menurut Agus, dalam waktu 12 hari sampah yang terdapat di dalam gentong sudah akan mengalami pembusukan dan menjadi kompos padat.
“Setelah didiamkan minimal 12 hari, kompos tersebut bisa dikeluarkan dan diangin-anginkan selama 2 minggu. Setelah itu bisa dimanfaatkan untuk pupuk tanaman,” kata dia.