REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mandi air hangat memiliki banyak manfaat, seperti menurunkan tingkat stres dan kecemasan. Akan tetapi, mandi air hangat tidak boleh dilakukan sembarangan.
Air hangat yang digunakan disarankan memiliki suhu yang sesuai untuk kulit. Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Arini Astasari Widodo SpKK mengungkapkan, sebuah layanan kesehatan Amerika Serikat memiliki pedoman suhu maksimal, yakni 44 derajat Celcius untuk mandi rendam, 41 derajat Celcius untuk mandi dengan pancuran air (shower), 41 derajat Celcius untuk air wastafel, dan 38 derajat celcius untuk bidet.
Untuk bayi, suhu maksimal air hangatnya adalah 37 sampai 37,5 derajat Celcius. Pengaturan suhu air hangat akan berbeda ketika seseorang memiliki kondisi kulit spesifik. Contohnya, orang yang kulitnya sedang eksim disarankan mandi air hangat 30 derajat Celcius.
“Jadi ini harus diperhatikan karena kalau semakin tinggi suhunya semakin berbahaya,” ujar dArini dalam acara media round table Ariston di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Arini kemudian menegaskan mandi yang disarankan adalah menggunakan air hangat, bukan air panas. Mandi terlalu lama dengan air yang terlalu panas akan membuat lemak baik yang berfungsi sebagai pelembap alami kulit hilang.
Air yang terlalu panas juga berbahaya untuk bayi, anak-anak, orang tua, difabel, orang yang sulit bergerak dan orang yang memiliki gangguan mental. Kulit bisa terbakar karena air yang terlalu panas.
“Dia enggak bisa mengatur air dengan baik. Jadi ini akan berbahaya,” katanya.
Selain itu, Arini menuturkan, Asosiasi Akademis Dermatologi Amerika Serikat juga menyarankan mandi dengan air hangat, bukan air panas. Seseorang yang mandi air hangat tidak boleh terlalu lama, cukup lima sampai 10 menit agar lemak di atas kulit tidak hilang.
Setelah mandi, gunakan pelembab dalam lima menit pertama. Pilihlah produk yang lembut.
“Jangan pilih produk yang membuat kulit makin kering. Kalau handukan jangan digosok, ditepuk-tepuk saja, Ini tips untuk yang suka mandi air hangat,” katanya.