REPUBLIKA.CO.ID, MPUMALANGA--Namanya God's N Window (Jendela Tuhan). Di akhir cerita The Gods Must Be Crazy, Xi meyakini telah mencapai `tepi dunia' setelah tiba di God's Window. Inilah puncak tebing dengan lapisan awan dan kabut yang menutupi pemandangan di bawahnya. Xi melempar botol minuman dari atas tebing itu.
Masih ingat kan adegan penutup film yang bercerita tentang keluguan Xi, penduduk suku pedalaman di Gunung Kalahari, Afrika? Xi merasa botol yang jatuh di kampungnya adalah pemberian Dewa. Karena botol itu membawa masalah, ia mencari `tepi dunia' untuk mengembalikan botol minuman ringan yang sebenarnya dilempar oleh seorang pilot dari pesawat itu.
God's Window berada di kawasan pariwisata di Provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan (Afsel). Saya sempat mengunjungi tempat ini di sela kegiatan meliput Piala Dunia. God's Window merupakan salah satu tempat wisata pemandangan yang terletak tak jauh dari kota kecil Graskop. Butuh sekitar 5-7 jam berkendaraan dari Johannesburg ke kota kecil ini.
Ada beberapa tempat wisata yang letaknya berdekatan dan tidak jauh dari Graskop. Tempat-tempat ini dinamai Rute Panorama. Letaknya berdampingan dengan cagar alam Blyde River Canyon. Rute Panorama merupakan wilayah bagian utara dari Pegunungan Drakensberg yang terbentang sepanjang 100 km dari Mpumalanga dan Kwazulu Natal di Afsel hingga negara Lesotho.
Rute Panorama merupakan salah satu tujuan wisata terkenal di Afsel. Keunikan tempat ini adalah tumbuhan yang hidup di tebing bebatuan tetap hijau saat musim dingin tiba. Di saat yang sama, kawasan lain menguning karena tumbuhan yang melayu.
God's Window adalah tempat paling terkenal di Rute Panorama. Letaknya yang strategis membuat God's Window lebih banyak dikunjungi dibandingkan dua tempat lain yang letaknya berdekatan: Pinnacle Rock dan Wonder View. Hanya di God's Window pula pengunjung masuk dikenai biaya sebesar 10 rand (sekitar Rp 12 ribu), padahal di Pinnacle Rock dan Wonder View kita tidak perlu membayar.
Dari God's Window, kita bisa melihat Taman Nasional Kruger dan negara Mozambik yang berjarak 100 km dari tempat tersebut. Sejauh mata memandang, hutan pinus dan semak belukar hijau terhampar. Pemandangan ini --ditambah kabut dan awan yang terkadang menyelimuti-menjadi alasan mengapa tempat ini dinamai God's Window.
Kita harus menempuh jarak lebih dari 110 km dari ibu kota Mpumalanga, Nelspruit. Jalur yang saya lalui adalah melewati jalan provinsi, R40, melewati kota kecil White River dan Hazyview.
Antara White River dan Hazyview yang berjarak sekitar 50 km, terhampar hutan pinus dan perkebunan pisang.
Dari Hazyview, kita bisa mengambil jalan R 535 menuju Graskop. Di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 35 km, kita bisa menikmati keindahan hutan pinus dan berhenti di beberapa tempat wisata sebelum tiba di God's Window.
Keindahan tebing Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Graskop Gorge (Jurang Graskop). Di tempat ini kita bisa menyaksikan keindahan tebing dengan air terjun yang diberi nama Panorama Fall. Saat saya datang, debit air di Panorama Fall sangat kecil sehingga tidak layak disebut air terjun. Lebih mirip mata air yang banyak keluar dari sisi pegunungan atau dataran tinggi di Indonesia.
Pengelola tempat ini menyediakan wahana yang bisa memacu adrenalin, yakni meluncur melintasi jurang dengan tali untuk mencapai tebing di seberang. Kita mengenalnya dengan nama flying fox. Selain itu disediakan bar untuk bersantai dan tempat penjualan cendera mata khas Afsel.
Hanya berjarak sekitar dua kilometer dari Graskop Gorge, saya tiba di Pinnacle Rock. Di tempat ini ada batu yang mirip menara (Pinnacle) setinggi 30 meter dari lembah di bawahnya.
Kita tidak bisa memandang jauh karena terhalang tebing. Namun, jika mau berjalan mencari sisi yang lebih baik, kita bisa mendapatkan pemandangan yang lebih luas. Tapi, di luar batu yang unik ini, pemandangan di Pinnacle Rock sangat biasa bagi saya.
Setelah Pinnacle Rock, barulah kita mencapai God's Window. Setelah membayar, mobil diparkir persis di depan deretan penjual cendera mata. Tempat ini jauh lebih hijau dan tertata dibandingkan dua tempat sebelumnya. Ada dua jalan kecil yang masing-masing digunakan untuk masuk dan keluar. Hawa sejuk dataran tinggi ditambah pepohonan kecil rimbun yang mengapit sisi kiri dan kanan jalan membuat nyaman perjalanan.
Saya tak bisa menuju puncak karena waktu yang mepet dan hujan rintik-rintik. Saya hanya bisa menyaksikan keindahan alam dari dua sisi tebing hanya berjarak sekitar 100 meter dari parkiran mobil. Padahal, konon, pemandangan paling indah tersaji di puncak paling tinggi God's Window --yang kira-kira berada di ketinggian 1.892 meter dari permukaan laut. Bagi yang ingin menuju puncak, disarankan berhati-hati, terlebih saat turun hujan, karena jalan setapak yang harus dilalui biasanya licin.
Di dua sisi tebing yang saya singgahi, pengelola membuat panggung kecil dari kayu serta pagar pembatas. Tujuannya untuk menjaga keamanan para pengunjung. Tidak seperti dua tempat sebelumnya, cukup banyak pengunjung silih berganti masuk ke God's Window. Rata-rata mereka berfoto dengan latar belakang tebing dan lembah di bawahnya.
Bagi saya, keindahan pemandangan dari beberapa kawasan dataran tinggi di Indonesia masih lebih bagus dibandingkan God's Window. Namun, jika dibandingkan dengan beberapa tempat wisata pemandangan lain yang sempat saya kunjungi di Afsel, God's Window layak menempati urutan pertama.
Provinsi Mpumalanga disebut surga wisata karena keindahan alamnya. Namun, bagi saya, berbagai keindahan alam yang ditawarkan provinsi seluas 79.490 km2 ini, masih kalah dibandingkan kawasan wisata di Indonesia.
Di Mpumalanga, pemerintah setempat sangat memanjakan pendatang sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar. Sulit menemukan akses jalan yang buruk ke tempat-tempat wisata. Kebersihan juga sangat dijaga. Imbauan menjaga kebersihan dipajang di berbagai tempat. Kita tak sulit mencari toilet yang seluruhnya bersih. Saya tidak menemukan satu pun toilet kotor berbau pesing -baik di Rute Panorama maupun di tempat wisata lain di Mpumalanga, seperti Taman Nasional Kruger.
Tidak ada orang yang mengganggu. Para pedagang menjual dagangannya dengan tertib dan tidak memaksa meski terkadang menawarkan barangnya dengan harga tinggi. "Uang yang Anda belanjakan mendukung keberlangsungan kehidupan para pedagang yang merupakan warga sekitar," begitu tulis sebuah pengumuman yang saya baca di God's Window.