Sabtu 17 Feb 2018 07:50 WIB

Berkunjung ke Ngarai Sianok dan Lobang Jepang di Bukittinggi

Ngarai Sianok dan Lobang Jepang, kawasan wisata yang harus dikunjungi jika ke Sumbar.

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Andi Nur Aminah
Lobang Jepang, salah satu objek wisata di Sumatra Barat
Foto: Fernan Rahadi/Republika
Lobang Jepang, salah satu objek wisata di Sumatra Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Jika Anda berkunjung ke Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, maka jangan lewatkan objek wisata yang satu ini. Namanya adalah Taman Wisata Panorama Ngarai Sianok dan Lobang Jepang.

Terletak di pusat Kota Bukittinggi, sekitar satu kilometer dari Jam Gadang, objek wisata ini cukup populer bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Terbukti dengan jumlah pengunjung tiap harinya mencapai 1.000 orang, terutama saat akhir pekan atau pada musim liburan.

Seperti namanya, objek wisata ini menyajikan pemandangan alam berupa ngarai yang indah dengan latar pegunungan, terutama jika dilihat menjelang matahari terbenam. Selain itu, di sekitar lembah curam itu juga bisa dijumpai banyak monyet.

Monyet-monyet ini sebenarnya cukup jinak dan bisa dijadikan partner dalam berswafoto. Mereka juga sangat suka diberi makanan terutama kacang kulit. Meskipun demikian, pengunjung diminta agar berhati-hati jika membawa tas atau memakai topi dan kacamata. Karena para hewan primata ini siap merebutnya dari Anda.

Selain bisa melihat pemandangan indah, pengunjung juga bisa menikmati kunjungan ke Lobang Jepang. Lobang Jepang adalah sebuah gua yang dibangun saat pendudukan Jepang pada kurun waktu 1942-1945.

photo
Ngarai Sianok, salah satu kawasan wisata di Sumatra Barat

Menurut seorang pemandu wisata di Lobang Jepang, gua sepanjang hampir enam kilometer itu dibuat atas instruksi Letjen Watanabe, seorang panglima Angkatan Darat Balatentara Jepang. Lubang perlindungan tersebut, konon mampu menahan letusan bom seberat 500 kilogram. Terbukti, saat Sumatera Barat diguncang gempa tahun 2009 silam, gua ini tak mengalami kerusakan berarti.

Total pembuatan Lobang Jepang selama kurang lebih tiga tahun dengan kedalaman mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah. Namun lubang ini akhirnya tak sempat dipakai karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan meletakkan kekuasaannya kepada pemerintah Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Menurut sang pemandu wisata, untuk membangun lubang tersebut, Jepang mempekerjakan secara paksa (romusha) orang-orang yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Tidak ada orang Bukittinggi yang mengerjakan lubang ini untuk menjaga kerahasiaan.

"Orang sini malah dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak," kata pemandu wisata tersebut saat berbincang kepada Republika.co.id yang berkunjung ke Bukittinggi dalam rangka press tour bersama Universitas Ahmad Dahlan, Jumat (16/2).

Dengan panjang aslinya hampir mencapai enam kilometer, Lobang Jepang di Bukittinggi merupakan salah satu lubang yang terpanjang di Asia. Lubang ini juga tembus di sekitar kawasan Ngarai Sianok, seperti Jam Gadang yang terletak di samping Istana Bung Hatta, serta Benteng Fort De Kock yang masuk di wilayah Kebun Binatang Bukittinggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement