Sabtu 27 Oct 2018 10:10 WIB

Jangan Hanya 'Nyinyir' Sikapi Paket Wisata Murah Cina

Indonesia bisa kehilangan kesempatan besar jika membatasi turis Cina berwisata.

Bandara Ngurah Rai, pintu wisatawan masuk ke Bali menggunakan pesawat.
Foto: EPA
Bandara Ngurah Rai, pintu wisatawan masuk ke Bali menggunakan pesawat.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Indonesianis dari Guangdong University of Foreign Studies (GUFS) Prof Emeritus Cai Jincheng mengingatkan agar para pihak jangan hanya bersikap skeptis menyikapi paket wisata murah dari Cina ke Indonesia. Ia mengatakan, wisatawan Cina senang membelanjakan uangnya saat berwisata.

"Harga paket boleh murah, tapi ingat wisatawan Cina bisa menghabiskan 15.000 RMB untuk belanja," kata salah satu pendiri jurusan Bahasa Indonesia di GUFS itu, Sabtu (27/10). Dengan asumsi 1 RMB sama dengan Rp 2.200, maka dalam lima hari seorang wisatawan Cina bisa menghabiskan sedikitnya Rp 33 juta.

"Coba hitung berapa duit orang Cina kalau dari Guangzhou (Ibu Kota Provinsi Guangdong) saja ada 9.000 wisatawan ke Indonesia dalam satu tahun," ujar pria yang memiliki nama alias Gunawan itu meskipun tidak memiliki darah keturunan Tionghoa Indonesia.

Sebelumnya Gubernur Bali I Wayan Koster mendesak pemerintah Cina mengawasi warga negaranya yang menjual paket wisata murah ke Pulau Dewata itu. "Kalau ada pelaku usaha wisata asal Tiongkok yang menjual paket wisata ke Bali dengan harga rendah, kami harap pemerintah Tiongkok ikut melakukan pengawasan dan menerapkan kontrol ketat," kata Koster, saat menerima kunjungan Wakil Gubernur Hainan Liu Pingzhi di Denpasar, Jumat (19/10).

Gubernur mengingatkan pelaku bisnis pariwisata Cina mematuhi regulasi pariwisata di Bali sebagai tujuan wisata berkelas internasional.

Sejumlah agen perjalanan wisata di Cina, khususnya Guangzhou, ramai-ramai menjual paket wisata dengan harga 1.700 hingga 1.900-an RMB untuk tujuan Bali. Harga tersebut termasuk tiket pesawat PP dan akomodasi selama lima hari dan empat malam.

Selain Bali, paket wisata dengan harga sangat hemat itu dijual untuk tujuan Manado, Sulawesi Selatan. Dalam menjual paket hemat itu, agen di Cina menggandeng sejumlah maskapai penerbangan swasta atau milik pemerintah dari Indonesia dan Cina.

Prof Cai menambahkan bahwa dengan harga yang sangat kompetitif itu Indonesia memiliki kesempatan yang besar untuk memenangi persaingan mendatangkan wisatawan China dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. "Singapura negara kecil. Thailand, wisatawan Cina masih trauma dengan kecelakaan kapal di Phuket. Momentum ini bisa dimanfaatkan Indonesia," ujarnya.

Selain menjual paket hemat, dia juga mengingatkan sistem keimigrasian di Indonesia harus terus dibenahi. "Saya pernah 'nganter' wisatawan ke Medan sampai tertahan dua jam. Padahal Indonesia sudah bebas visa untuk wisatawan dari Cina," ujarnya.

Demikian halnya dengan pelayanan. Menurut profesor yang kerap diundang sebagai pembicara di Indonesia,  pelayanan di restoran masih kurang maksimal.

"Orang Cina suka makan ikan. Tapi kalau cara penyajiannya lama, mereka bisa kelaparan dan enggan balik lagi," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement