REPUBLIKA.CO.ID, Putus dari sebuah hubungan memang sulit untuk diterima. Apalagi rasa sakit karena dikecewakan akan membuat cara berpikir terganggu. Bahkan kerap membuat fisik juga ikut terluka
Dr Dawn Michael di laman Yourtango mengungkapkan hal itu terjadi karena hubungan berlawanan jenis mempunyai koneksi kimia yang luar biasa. Ketika hubungan seseorang mulai renggang, pasangan tersebut akan kehilangan koneksi kimianya. Secara harfiah, koneksi kimia itu akan mengirimkan pesan ke otak. Kemudian otak mengirimkan pesan ke tubuh lalu mensimulasikannya dengan rasa sakit pada fisik.
Dari hasil studinya, Dr Dawn Michael menilai seorang pria mempunyai kemungkinan bunuh diri tiga kali lebih banyak dari wanita setelah putus hubungan. Sedangkan wanita lebih sering teraplikasi dalam bentuk depresi.Apalagi putus hubungan itu terjadi seteleh proses perkawinan dan serasa seperti menghadapi kematian.
Putus atau memang dibuang dalam artian sebenarnya mempertinggi feromon cinta yang penuh akan gairah di otak setiap laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi seperti cara kerja obat dalam tubuh. Sehingga saat perpisahan itu terjadi, bagian otak yang memberikan reaksi khawatir dan berpikir kritis dalam penilaian akan bekerja. Itulah mengapa beberapa tindakan yang aneh dari rasa cinta itu hadir dalam keseharian pasangan.
Solusinya, setiap pasangan harus mulai berpikir obsesif dan melakukan tindakan untuk menghilangkan rasa sakit tersebut. Sehingga upaya untuk melukai fisik sendiri setelah putus hubungan dapat dihindari.
Cinta memang bisa menyakiti, tapi cinta juga selalu menjadi hadiah paling indah dalam hidup. Maka, untuk memahaminya peran serta otak harus disertai saat melakukan pilihan untuk mencintai seseorang.