REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkena paparan hujan maupun sinar matahari merupakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh Polisi Wanita (polwan) sebagai abdi masyarakat. Namun sayangnya tak banyak polwan yang memahami bahaya paparan sinar matahari terus-menerus, bagi kulit mereka.
Bripda Maria Enjelika salah satunya. Perempuan yang baru enam bulan bergabung dengan korps polwan di Polda Metro Jaya ini mengaku sudah menjadi risikonya sebagai polisi untuk terpapar matahari. Namun Maria tak menetahui bahaya di balik paparan sinar matahari pada kulit.
"Selama di pendidikan (polisi) kita diajarin untuk tidak takut hujan dan panas. Selama ini tahunya kalau kena matahari bisa 'gosong' saja kulitnya," ujar Maria yang ditemui dalam acara Kampanye Polwan Berani Matahari yang digelar L'Oreal Indonesia, di Bundaran Hotel Indonesia, Kamis (1/9).
Sehari-hari perempuan yang berdinas di unit Sabhara Polda Metro Jaya itu mengatakan tak menggunakan produk pelindung kulit khusus. Ia hanya menggunakan krim harian dan tak terlalu memperhatikan apakah krimnya tersebut mampu melindungi kulit dari sinar matahari.
Head of Communication L'Oreal Indonesia Melanie Masriel mengatakan memang banyak masyarakat yang belum menyadari soal pentingnya melindungi kulit. Padahal paparan sinar UV A dan UV B sangat berbahaya bagi kulit.
Melanie mencontohkan bahaya paling dekat dari paparan UV B adalah kulit terbakar. Sementara paparan UV A membuat kulit cepat menua.
Ketidaktahuan masyarakat akan pelindung untuk sinar matahari ini juga terkadang membuat mereka jadi enggan berkegiatan di bawah sinar matahari. Untuk itu, bertepatan dengan momen hari Ulang Tahun ke 68 Polwan, L'Oreal Indonesia menggelar kampanye Polwan Berani Matahari.
Diharapkan, kampanye Berani Matahari ini tak hanya mengedukasi dan memberi apresiasi terhadap Polwan namun juga memberi edukasi pada masyarakat. "Berkegiatan di bawah matahari itu baik, tapi harus pakai pelindung kulit," kata Melanie.