REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecanduan gawai memasuki taraf mengkhawatirkan di Amerika Serikat. Banyak dampak buruk yang sudah diberikan dan ini hampir menyamai obesitas.
Psikolog dari Massachusetts Institute of Technology Sherry Turkle menyatakan, jika obesitas menjadi permasalahan di beberapa negara, termasuk Amerika Serikatdengan data 36,5 persen mengalami obesitas secara klinis. Teknologi pun mendapatkan tempat yang sama mengkhawtirkannya.
Selama beberapa dekade terakhir, Turkle telah menjadi suara terdepan dalam teknologi yang telah merobek kain sosial manusia. Sekitar 77 persen orang Amerika memiliki smartphone, dan orang biasa menyentuh telepon sekitar 2.600 kali setiap hari. Melalui jajak pendapat, studi, dan wawancara, Turkle telah menyimpulkan gaya hidup digital ini telah membuat manusia semakin parah dalam membuat koneksi pribadi.
"Cara saya mencapainya adalah teknologi bisa membuat kita melupakan apa yang kita ketahui tentang kehidupan. Salah satu hal yang membuat kita lupa adalah bahwa kita perlu cenderung pada hubungan dan orang lain dan perasaan kita sendiri," kata Turkle dikutip dari Business Insider.
Banyak teknologi yang dirancang mencerminkan industri makanan. Sama seperti perusahaan makanan besar menjual makanan olahan yang sarat dengan tambahan gula dan bahan kimia yang dimaksudkan untuk membuat orang tetap makan. Perusahaan teknologi besar telah berulang kali dituduh merancang aplikasi untuk memaksimalkan seseorang menghabiskan waktunya.
Mantan etis desain di Google Tristan Harris,telah melihat trik teknik secara langsung. Fitur seperti video putar otomatis, pengguliran tanpa henti, dan gamifikasi mendorong penggunaan konstan, digunakan untuk membuat orang bertahan lama di depan gawai mereka.
Hasilnya adalah masyarakat yang sangat mendambakan teknologinya setiap saat, terlepas dari apakah hal tersebut mengganggu kehidupan sosial atau tujuan, seperti tidur nyenyak. Intinya, makanan sarat gula seperti teknologi, telah menjadi terlalu kuat untuk otak manusia.