Kamis 03 May 2018 15:16 WIB

Ahmad Fuadi: Mulai Latihan Menulis di Diary

Menurut Ahmad Melatih menulis dan konsistensi bisa diawali dari menulis diary.

Rep: Idealisa Masyafarina/ Red: Yudha Manggala P Putra
Penulis novel Ahmad Fuadi berfoto sekaligus memperlihatkan novelnya disela-sela saat wawancara di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Selasa (5/9).
Foto: Mahmud Muhyidin
Penulis novel Ahmad Fuadi berfoto sekaligus memperlihatkan novelnya disela-sela saat wawancara di Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Selasa (5/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Profesi sebagai penulis bukan pekerjaan yang mudah dijalani. Salah satu kunci agar dapat melahirkan sebuah karya yaitu memulai dan konsistensi dalam menulis.

Pada gelaran Kuala Lumpur International Book Fair 2018, penulis novel best seller seri Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi membagi pengalamannya sebagai penulis novel fiksi. Menurutnya keinginan menulis itu harus segera dimulai dan tidak perlu ditunda. Karena justru dari situ Anda melatih untuk membuat sebuah karya.

"Menulis jangan ditunda sampai ilmunya cukup. Karena menulis itu melatih. Coba tulis diary dulu. Dari situlah kita punya banyak tulisan," jelas Ahmad Fuadi di panggung utama KLIBF 2018, Kuala Lumpur, Kamis (3/5).

Menurut penulis dengan nama pena A. Fuadi ini, selain segera memulai, konsistensi juga diperlukan untuk menulis.

A. Fuadi telah menulis empat buku dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara, serta buku terbarunya Anak Rantau.

Dalam buku terbarunya, ia mengakui bahwa ia tidak menulis secara konsisten, sehingga buku tersebut baru terbit setelah empat tahun penulisan. Sedangkan ketiga buku lainnya diselesaikan lebih cepat, hanya 2 tahun."Jadi setelah kita memulai untuk menulis, perlu ketekunan serta konsistensi," tegas A. Fuadi.

Menurut A. Fuadi, konsistensi dapat dimulai dari menulis diary, dan itu merupakan salah satu sarana yang paling mudah untuk berlatih menulis. Untuk dapat menulis buku, kata A. Fuadi, yang paling mudah adalah menulis tentang diri sendiri. Maka dari itu ketiga buku pertamanya ditulis berdasarkan dari pengalamannya semasa sekolah dulu.

Dari menulis diary, seorang yang mau memulai untuk membuat buku harus menetapkan niat apa yang akan disampaikan kepada pembaca. "Menulislah dari hati. Temukan niatnya, alasannya. Alasan itu yang menjadi energi. Jangan membuat beban ingin jadi best seller. Itu hanya bonus. Saya menulis karena ingin bermanfaat bagi orang lain," kata A. Fuadi.

Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan riset untuk melengkapi isi buku. Adapun teknik penulisan dapat dipelajari dengan mengikuti pelatihan penulisan, membaca buku dan lain sebagainya. "Menulislah, karena menulis akan menerbangkan kita kemana saja. Bisa melintas batas kultur dan geografis," kata A. Fuadi.

A. Fuadi merupakan salah satu penulis yang diundang oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Komite Buku Nasional (KBN) dalam KLIBF 2018. Selain A. Fuadi, penulis yang diundang antara lain Sapardi Joko Dharmono, Aan Mansyur, dan Asma Nadia.

KLIBF berlangsung sejak tanggal 27 April sampai 6 Mei 2018 di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun ini Indonesia hadir sebagai negara tamu bersama dengan Arab Saudi dan negeri tamu Kedah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement