REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Merek fashion mewah Gucci telah menarik swe
ter wol dari penjualan setelah barang itu dikritik karena menyerupai 'blackface'. Sweater balaclava hitam itu menutupi bagian bawah wajah dan menampilkan potongan merah di sekitar mulut.
Blackface merupakan rias wajah teater yang dipakai orang bukan kulit hitam untuk menyerupai orang kulit hitam. Dilansir dari BBC, Kamis (7/2) disebutkan, penerbitan sweater itu memicu reaksi di media sosial oleh pengguna yang mengklaim desain itu ofensif dan rasis.
Dalam sebuah pernyataan, Gucci meminta maaf atas pelanggaran yang terjadi dan mengatakan akan menghapus barang dari penjualan. Merek itu mengatakan akan mengubah insiden itu menjadi momen pembelajaran yang kuat bagi tim Gucci dan berkomitmen untuk meningkatkan keragaman.
.@gucci please explain pic.twitter.com/pkecdT8QeF
— What's Trending (@WhatsTrending) February 7, 2019
Blackface memiliki sejarah mengabadikan stereotip ofensif dan rasis dari Afrika-Amerika sejak lebih dari 200 tahun di Amerika Serikat. Di media sosial, banyak yang mengkritik desain karena menggunakan stereotip semacam itu.
Masalah pada Gucci menandai kesalahan langkah terbaru merek-merek fashion mewah. Bulan lalu, Prada menarik barang-barang karena khawatir telah menggambarkan citra blackface. Label itu menarik produk-produk dari sejumlah barang bernama Pradamalia yang tampak menyerupai monyet hitam dengan bibir merah besar.
Dolce & Gabbana membatalkan peragaan busana Shanghai di tengah tuduhan rasisme. Merek memposting video model Cina makan makanan Italia seperti pizza dan pasta dengan sumpit.
Secara luas dipandang sebagai ofensif, kampanye ini menyebabkan reaksi keras di Cina dengan beberapa perusahan ritel menarik produk merek tersebut. D&G juga menyebabkan kontroversi pada tahun 2016 ketika ia menyebut item alas kaki dalam koleksi musim semi / musim panasnya sebagai "sandal budak". (Idealisa Masyrafina)