REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siang itu, Ahad (30/6), puluhan muda mudi berkumpul di depan panggung acara Naisho Matsuri, Universitas Atma Jaya, Jakarta, sembari membawa tongkat cahaya warna-warni dan bernyanyi bersama band yang membawakan lagu hit dari Jepang. Sementara itu, tak jauh dari panggung, beberapa anak muda tengah asyik menggambar karakter tokoh animasi Jepang (anime) favoritnya sambil bergumam mengikuti lantunan lagu yang terdengar cukup kencang.
"Berhubung mereka nyanyi lagunya ''Love! Live!'', aku sekarang lagi menggambar Eli, salah satu karakter anime itu," kata Reni, salah satu penggemar budaya pop Jepang.
Reni (21 tahun) adalah mahasiswi Desain Komunikasi Visual (DKV) di Institut Kesenian Jakarta yang sudah menyukai semua hal tentang Jepang sejak ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Hari itu, ia berkunjung ke Atma Jaya untuk menikmati festival musim panas, Naisho Matsuri. Festival itu, hanya satu dari banyak acara kebudayaan Jepang yang digelar di sejumlah kota di Indonesia.
Sambil sesekali menyaksikan pertunjukan band, ia menggambar. Reni lalu bercerita keinginannya menggambar, mencintai seni, hingga cita-citanya sebagai mangaka, adalah karena hobinya membaca komik dan menonton animasi Jepang sejak kecil. Menurutnya, banyak orang yang terinspirasi oleh budaya Jepang, baik yang tradisional maupun pop.
Rachma (24) memiliki pendapat yang tak jauh berbeda dari Reni. Gadis yang telah mengakhiri pendidikannya di program studi Sastra Jepang Universitas Atma Jaya itu mengatakan, hal utama yang membuatnya sangat menyukai Jepang adalah budaya pop negeri sakura tersebut. "Dulu awalnya memang sudah terpapar kartun-kartun Jepang kayak Doraemon, Pokemon, dan sejenisnya. Terus lama-lama aku mulai belajar bahasanya, lalu mantap belajar lebih dalam saat kuliah kemarin," cerita dia.
Peserta cosplayer saat memakai kostumnya pada acara Jak-Japan Matsuri 2018 di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta.
Ketika ditanya pendapatnya mengapa "Jejepangan", sebutan untuk menggambarkan semua hal yang berbau subkultur Jepang, masih eksis dan mendapat respons yang baik di Indonesia, ia mengaku tidak tahu pasti. Ia hanya menjelaskan, ketika mengenal budaya Jepang, ada "kedekatan" yang terbentuk.
Kedekatan geografis hingga emosi
"Sebuah budaya, biasanya bisa diterima dengan baik karena berada di satu kawasan yang sama," kata Chief Program Officer Cultural Division Japan Foundation, Diana S. Nugroho saat ditemui Antara di kantornya, Senin (1/7).
Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan dalam nilai-nilai ketimuran. Jepang sendiri dianggap sebagai salah satu negara Asia yang cukup maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.
"Ini membuat negara-negara Asia memiliki kekaguman tersendiri kepada Jepang," ujar Diana.
Selain itu, ujarnya, Indonesia sudah sangat biasa dengan kehadiran perbedaan, sehingga menjadi bangsa yang toleran dan bisa menerima budaya dari luar negeri, termasuk tradisi hingga kultur pop Jepang. "Indonesia bisa bijak menerima budaya dari luar (Jepang), dan mampu melihat ke depan, mengenai kepentingan dan keuntungan yang bisa diperoleh dari hubungan baik antara kedua negara," katanya.