REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA — Beberapa waktu lalu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan dana 20 juta dolar yang disiapkan untuk menumbuhkan industri daur ulang di negara itu. Kebijakan itu juga termasuk dalam komitmen larangan ekspor plastik, kertas, gelas, dan ban.
Meski langkah ini dipuji secara luas, namun tetap menimbulkan pertanyaan bagaimana dengan masalah limbah tekstil di Australia yang masih terus meningkat? Tercatat, lebih dari 501 juta kilogram pakaian yang dibuang berada di tempat pembuangan akhir di negara tersebut setiap tahunnya.
Jumlah ini belum termasuk 94 juta kilogram lainnya, yang diekspor ke luar negeri. Bahkan, angka ini mungkin tidak termasuk seluruhnya karena masalah sampah tekstil di Australia hingga sekarang masih dalam perkiraan.
Tidak seperti gelas dan plastik, sampah tekstil tidak dilacak oleh strategi limbah pemerintah negara bagian atau federal di Australia atau rencana pengelolaan limbah. Hal itu dibuktikan dalam komitmen pemerintah negara itu yang siap memberikan dana sebesar 20 juta dolar AS, namun masalah sampah tekstil yang semakin meningkat tidak ada dalam radar pemerintah negara itu di tingkat apapun.