Selasa 10 Jun 2014 18:44 WIB

Satu Atap Tiga Keyakinan

Muslim Jerman
Muslim Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Sebuah masjid, sinagoge, dan gereja akan berada dalam satu atap. Tiga pemimpin agama di Berlin, Jerman kini sedang merintis proyek itu. Mereka menyebutnya House of One. Secara resmi, bangunan ini mulai digunakan pada 2018.

Arsitek Wilfried Kuehn memperoleh kepercayaan untuk merancang House of One. Bangunan terdiri atas masjid, gereja, sinagoge yang terpisah tapi berada dalam satu atap. Ada pula aula luas yang dapat digunakan untuk pertemuan bagi pemeluk ketiga agama tersebut.

Menurut Rabi Tovia Ben-Chorin, salah satu penggagas House of One, Berlin merupakan kota sarat luka dan keajaiban. Di kota ini, pemusnahan Yahudi direncanakan. ‘’Kini bangunan untuk tiga agama dibangun,’’ katanya seperti dilansir The Independent, Ahad (8/6).

Bangunan itu, merupakan yang pertama kalinya di dunia. Pekan ini, penggalangan dana bermula. Ini ditandai dengan peletakan batu pertama di lokasi pembangunan. Pembangunan dimulai 2016. Jumlah dana yang mereka butuhkan sekitar 35 juta poundsterling.

Semua kebutuhan untuk pendirian House of One melalui donasi masyarakat. Kelak, bangunan tersebut berbentuk heksagonal. Letaknya, berdampingan dengan Museum Island, Berlin. Sebenarnya, ide House of One muncul sejak 2009.

Saat itu sejumlah arkeologi menggali salah satu bagian Museum Island. Mereka menemukan sisa bangunan gereja, Petrikirche, yang berangka tahun 1350 Masehi. Lalu, tercetuslah gagasan untuk mendirikan tiga tempat ibadah dalam satu atap.

Gregor Hohberg, seorang pastor Protestan, menyambutnya dengan antusias. Ia menginisiasi proyek ini. Ia yakin Berlin merupakan kota yang tepat mewadahi kehidupan multikultural dan multietnik masyarakatnya.

Berlin simbol perdamaian melalui runtuhnya Tembok Berlin. Di sini pula, kata Hohberg, warga dari berbagai keyakinan agama hidup secara harmonis. Mereka saling memahami satu sama lainnya. Kadir Sanci, pemimpin Muslim, ingin proyek ini mendorong dialog antariman.

Menurut Sanci, dialog semacam itu membantu menghilangkan prasangka terhadap Muslim. Dengan demikian, tak ada lagi kecurigaan sebagian warga Jerman terhadap Islam. Akhir-akhir ini, pandangan miring terhadap Muslim Jerman meningkat.

Perdebatan mengenai keberadaan imigran yang Muslim juga memanas. Menurut laman berita Onislam, jajak pendapat Munster University mengungkapkan warga Jerman mempunyai kecurigaan lebih besar terhadap Muslim dibandingkan warga negara Eropa lainnya.

Karena itu, Sanci menyatakan House of One sebagai sebuah peluang untuk membangun harmoni. ’’Kami memimpikan kelak anak-anak kami di masa depan menjadikan keberagaman sebagai norma yang mereka pegang,’’ katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement