REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Nuzul Dzikri dalam kajian Islam yang diselenggarakan oleh ASIA (Alumni Sekolah Islam al- Azhar) dan the Rabbaanians di Masjid Agung al-Azhar, Jakarta Selatan, belum lama ini menjelaskan, secara etimologi, kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang artinya 'meninggalkan' atau 'menjauhi'. Sementara, dari sisi terminologi, kata tersebut bermakna meninggalkan segala sesuatu yang Allah haramkan. Hal itu seperti yang disabdakan Ra sulullah SAW.
"Orang-orang yang berhijrah adalah mereka yang meninggalkan segala apa yang dilarang allah SWT." (HR Imam al-Bukhari).
Nuzul mengungkapkan, Ibnu Qayyim al-Jauziah membagi hijrah menjadi dua macam. Yang pertama adalah hijrah bil jasad atau hijrah secara fisik. Sebagai contoh di sini adalah mereka yang pindah dari lingkungan yang buruk kepada ling kungan yang lebih baik. Contoh lainnya yakni seorang perempuan yang tadinya terbiasa mengenakan busana minim, lalu berusaha mengubah penampilannya dengan mengenakan busana syar'i dan berhijab.
Sementara, yang kedua adalah hijrah bil qalbi atau hijrah dengan hati. Pada poin ini, hijrah yang dilakukan seseorang tidak lagi sebatas pada hal-hal yang ber kaitan dengan materi ataupun penampil an fisik. Namun, sudah masuk pada ta hap yang lebih tinggi, yaitu memantapkan hati untuk terus beristiqamah di jalan Allah SWT.
Menurut Ibnu Qayyim, hijrah bil qalbi menjadi inti yang sebenarnya dari proses berhijrah. Sebab, tidak sedikit orang yang berhijrah secara fisik, tapi justru luput menata hatinya untuk selalu men dekat kan diri dengan Sang Pencipta. Ada pe rempuan yang memutuskan mengenakan hijab, tapi kemudian justru som bong dengan hijabnya itu. Ada lelaki yang mulai rajin datang ke pengajian, tapi ma lah membangga-banggakan amalannya itu kepada orang lain.
Karena itu, kata Nuzul, orang-orang yang mengaku sudah berhijrah tidak serta-merta dapat berpuas diri dengan hijrahnya. Allah SWT berfirman, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (begitu saja) dengan me nga takan 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebe lum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar, dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS al-Ankabut [29]: 2-3).
"Ketika kita mendeklarasikan diri sudah berhijrah, kita pasti akan diuji oleh Allah SWT untuk membuktikannya. Jadi, hijrah itu tidak mudah. Ketika seseorang belum mampu melaksanakan hijrah bil qalbi maka sesungguhnya ia belum lagi menemukan esensi dari hijrah yang se sungguhnya," kata Nuzul.