Selasa 20 Sep 2016 14:57 WIB

Mentan Berencana Bangun Lumbung Pangan di Perbatasan

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.
Foto: Wisnu Aji Prasetyo/Republika
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) berencana mengembangkan pertanian di desa-desa daerah perbatasan. Hal tersebut guna menjaga ketahanan pangan terhadap daerah yang selama ini memenuhi kebutuhan pangannya kepada negara tetangga.

"Kita harus bangun lumbung pangan di perbatasan, supaya kita tidak bergantung pada negara tetangga," kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, kepada Republika.co.id, Selasa (20/9).

Bahkan, lanjut dia, kalau produksi pangannya melebihi kebutuhan daerah tersebut, bisa diekspor ke negara tetangga. Amran menyebut, masyarakat perbatasan bisa dengan mudah menjual hasil panennya ke negara lain. "Nanti, mereka bisa ekspor cukup dengan memanggul atau menggunakan sepeda untuk membawa hasil panen mereka," ucapnya.

Amran menargetkan, lahan untuk lumbung pangan tersebut sebesar 20 ribu hektare, meski tidak menutup kemungkinan memperluas hingga 50 ribu hektare. Ia juga mengungkapkan, tidak butuh biaya besar untuk mewujudkan rencana tersebut.

Bahkan targetnya, lumbung pangan tersebut menjadi kunci dari sumber pangan negara tetangga. "Kalau mereka (negara tetangga) macam-macam, tinggal kita tutup saja akses pangannya, mau apa mereka?" kata dia.

Nantinya, jenis pertanian yang akan dikembangkan di daerah perbatasan tersebut yaitu pangan organik. Menurutnya, tanaman organik memiliki potensi besar untuk dapat ekspor di perbatasan.

Untuk wilayah sebarannya, Irman menyatakan fokus kepada wilayah yang langsung berbatasan negara lain, seperti Riau, Kalimantan, Sulawesi dan NTT. "Sebagai contoh, desa dan kabupaten di Kepulauan Riau fokus untuk ekspor ke Singapura atau Malaysia. Jadi, satu negara bisa dikeroyok oleh tiga kabupaten," ucapnya.

 

Tonton juga videonya: Mentan Berencana Bangun Lumbung Pangan di Perbatasan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement