REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan mesin pertumbuhan ekonomi tidak hanya bergantung pada APBN. Hal itu menanggapi keraguan sejumlah pihak yang pesimistis terhadap target pertumbuhan ekonomi dalam asumsi ekonomi makro dalam RAPBN-Perubahan 2017 sebesar 5,2 persen.
Menkeu menjelaskan, mayoritas kegiatan perekonomian ada pada masyarakat, di mana konsumsi sekitar 59 persen dan investasi 20 persen. ''Jadi kalau kedua mesin pertumbuhan ini berjalan baik, bisa menyumbang pertumbuhan ekonomi,'' ucap Sri Mulyani, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (11/7).
Mesin pertumbuhan ketiga, kata dia, adalah ekspor. Kegiatan ekspor dinilai membaik cukup besar pada kuartal I dengan tumbuh sebesar 8 persen. Sehingga, dari tiga mesin pertumbuhan ini, diharapkan momentum pertumbuhan ekonomi yang sudah mulai positif di atas lima persen kuartal IV 2016 bisa terjaga sampai akhir tahun 2017.
Selain itu, Sri Mulyani menjelaskan, jika dilihat dari APBN sebagai mesin pertumbuhan ke-empat, pemerintah menggambarkan adanya keinginan akselerasi dalam hal prioritas. Ia mencontohkan, dalam APBN-P, dimasukkan penambahan anggaran untuk pengadaan tanah dan anggaran Asian Games, yang dianggap investasi belanja modal tersebut untuk menambah kegiatan ekonomi masyarakat.
Untuk anggaran infrastruktur, pemerintah mencoba mempertahankan bahkan cenderung ditingkatkan untuk beberapa kementerian, seperti Kementerian Perhubungan, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan Kementerian Pertanian. Kementerian tersebut diharapkan bisa meningkatkan aktifitas ekonomi, karena dampak multiplayer lebih besar daripada belanja barang dan pegawai.