REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK— Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan pihaknya menyelidiki kasus seorang perempuan Arab Saudi berusia 18 tahun yang melarikan diri ke Thailand karena khawatir dibunuh keluarganya, Selasa (8/2).
Perempuan muda itu berlindung di kamar sebuah hotel bandar udara di Bangkok karena takut dipulangkan.
Sejumlah anggota parlemen dan pegiat di Australia dan Inggris meminta pemerintah mereka memberikan suaka kepada perempuan bernama Rahaf Mohammed al-Qunun tersebut, yang mendapat izin dari Thailand untuk memasuki negara itu pada Senin (7/1) malam, hampir 48 jam setelah terdampar di bandara Bangkok dan terancam dipulangkan.
Dia tinggal di sebuah hotel di Bangkok sambil menunggu pemrosesan pengajuan status pengungsinya oleh UNHCR sebelum dia bisa mencari suaka di negara ketiga.
Staf UNHCR mewawancarainya pada Selasa setelah menemuinya sehari sebelumnya.
"Bisa menghabiskan beberapa hari untuk memproses kasus ini dan menentukan langkah selanjutnya," ujar wakil UNHCR untuk Thailand Giuseppe de Vincentiis dalam sebuah pernyataan.
"Kami sangat berterima kasih karena otoritas Thailand tidak memulangkannya secara paksa dan memperpanjang perlindungan terhadap dirinya," imbuh pernyataan itu.
Kasus itu membuat perhatian dunia tertuju kepada peraturan sosial Arab Saudi yang ketat, termasuk izin dari "wali" laki-laki ketika hendak berpergian, hal yang menurut sejumlah organisasi HAM bisa menjebak perempuan dan gadis muda sebagai tahanan keluarga yang kasar.
Kasus itu mencuat di tengah perhatian sekutu-sekutu Riyadh dari negara-negara Barat terkait pembunuhan seorang jurnalis di konsulat mereka di Istanbul Oktober lalu dan konsekuensi kemanusiaan atas keterlibatan mereka dalam perang di Yaman.
Kisah Qunun diunggah di media sosial dan menuai dukungan dari penjuru dunia yang meminta otoritas Thailand tak memulangkannya kembali ke Arab Saudi.
Di sisi lain, Kedutaan Besar Arab Saudi di Thailand membantah laporan bahwa Riyadh meminta ekstradisinya.
Di Australia, anggota parlemen Sarah Hanson-Young melalui media sosial meminta pemerintah Australia untuk menerbitkan dokumen perjalanan darurat agar dia bisa memasuki Australia untuk mencari suaka.
Pemerintah Australia mengatakan pihaknya memantau kasus itu secara cermat. "Klaim yang dikeluarkan nona al-Qunun bahwa dia bisa dilukai jika dipulangkan ke Arab Saudi sangat mengkhawatirkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan.
Di Inggris, seorang perempuan meluncurkan petisi daring yang meminta Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt untuk memberikan suaka dan menerbitkan dokumen perjalanan darurat untuk Qunun.
Petisi itu sudah mendapatkan ribuan tanda tangan setelah beberapa jam diluncurkan.