REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Isu perubahan iklim berdampak pada banyak hal, termasuk soal ketahanan pangan. Prihasto Setyanto, peneliti dari Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Balitbang Kementerian Pertanian mengatakan dampak nyata dari perubahan iklim adalah adanya pergeseran musim penghujan sehingga menyulitkan penentuan waktu tanam.
Menurut dia, perubahan iklim bisa disiasati dengan teknologi. Salah satu yang disiapkan oleh Balitbangtan yakni KATAM Terpadu atau kalender tanam terpadu termasuk untuk varietas padi yang tahan rendaman saat pertanaman di musim penghujan. Balitbangtan telah mempersiapkan jenis padi hibrida yang tahan rendaman dan bersifat amfibi seperti Inpara 31 dan 33 yang juga toleran terhadap hama dan penyakit.
"Maka dipersiapkan jenis padi hibrida yang tahan rendaman hingga 14 hari seperti Inpara 31 dan 33 yang juga toleran terhadap beberapa hama dan penyakit," kata dia, saat menyampaikan Kuliah Umum dampak global warming di Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS)
Selain itu, kata Prihasto, upaya lain dalam mengantisipasi perubahan iklim yakni dengan melakukan penerapan berbagai paket teknologi ramah lingkungan yang telah dihasilkan Kementerian Pertanian. Dia mangatakan kini generasi muda terpacu untuk mengetahui tindakan apa saja yang dapat dilakukan terkait mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Perubahan iklim yang terjadi belakangan ini memerlukan tindakan nyata yang tidak dapat dihindari lagi. Antisipasi bencana termasuk juga antisipasi dampak kerugian akibat gagal panen tentunya akan berdampak pula pada ketahanan pangan. Oleh karenanya, tidak ada cara lain selain menggunakan teknologi.