REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua umum Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddqie melayat ke rumah duka Profesor Dawam Rahardjo yang wafat Rabu (30/5) di Rumah Sakit Islam Yarsi Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Jimly menuturkan, beberapa bulan sebelum wafat, Dawam berpesan ingin dimakamkan di samping makam Nurkholis Majid atau sering disapa Cak Nur di taman makam pahlawan (TMP) Kalibata.
"Innalilahi wainna ilahi rojiun, telah berpulang salah satu mantan ketua ICMI. Sesuai dengan permintaan almarhum agar dimakamkan dekat dengan Cak Nur salah satu teman dekat dari almarhum yang juga merupakan tokoh legendaris seperti Gus Dur," ujar Jimly di Jalan Kelapa Kuning 3 Blok F, Jakarta Timur pada Kamis (31/5).
Cak Nur merupakan tokoh pada bidang agama dan filsafat. Sedangkan Dawam pada bidang ekonomi dan sosial membuatnya bersinergi dan berkawan baik dengan Cak Nur.
Jimly mengenang, almarhum adalah cendikiawan yang sangat aktif dan up to date dalam pemikiran akademis khusunya bidang ekonomi. Bersamaaan dengan beliau juga merupakan aktivitis aksi dalam agenda sosial, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pernahbergabung di LP3ES (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Ekonomi-Sosial) sebagai staf peneliti.
"Dari situ, kader-kadernya tersebar di mana-mana dalam gerakan sosial ekonomi dan koperasi. Pemikirannya juga banyak tercermin dalam forum ilmiah," ujarnya.
Baca juga, Jokowi Melayat ke Rumah Duka Almarhum Dawam Rahardjo.
Jimly menilai sosok Dawam Rahardjo merupakan paket lengkap menjadi aktivis dan ilmuwan. Karena banyak orang yang aktif sekali dalam aksi, namun tanpa refleksi dan tidak terlibat dalam pemikiran. Di sisi lain banyak juga pemikir atau ilmuwan yang sangat up to date, namun tidak terlibat dalam kegiatan aksi.
"Pada almarhum, dua-duanya ada di dalam beliau. Kita sungguh kehilangan, mudah-mudahan generasi lanjut, banyak belajar dari beliau. Termasuk saya juga banyak berguru dengan pemikiran beliau," ujarnya.
Salah satu pemikiran Dawam Rahardjo yakni menjadikan nafas ekonomi pada UUD pasal 33 ayat 4. Beliaupun sampai mengundurkan diri sebab perdebatan menganai UUD pasal 33 tersebut. Saat itu Dawam bersama dengan Mubyarto memertahankan arah kebijakan ekonomi yang berkeadilan.
"Mereka idealis meski tidak sama persis dengan Mubyarto. Tapi pak Dawam konsisten membela ekonomi kerakyatan," ujar Jimly.
Dari situ, muncul prinsip efisiensi berkeadilan yang satu nafas di Indonesia. "Pemikirannya masih melekat sampai sekarang. Tak hanya itu, masih banyak yang lagi pemikiran beliau. Kita doakan segala amal ibadah, amal bakti pengabdian menjadi pengabdian bangsa dan negara dinilai oleh Allah sebagai amal yang menempatkan almarhum di sisi terbaik Allah," ujarnya.