REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fisikawan Stephen Hawking meninggal dunia dalam usia 76 tahun. Keluarga Hawking mengonfirmasi kematiannya, Rabu (14/3). Hawking merupakan salah seorang ilmuwan asal Inggris yang paling disegani seusianya. Ide-idenya banyak didengar, termasuk soal kolonisasi di luar angkasa.
Tahun lalu, Hawking mengerjakan pesawat ruang angkasa yang dapat melakukan perjalanan seperlima kecepatan cahaya. Dengan kecepatan ini, artinya pesawat bisa mencapai bintang terdekat. Hawking menggarap pesawat ini karena ingin mencari tahu 'planet mana atau lokasi mana' yang mungkin bisa menjadi lokasi perpindahan manusia Bumi.
Dalam sebuah pidato di Starmus Festival tahun lalu, Profesor Hawking memperingatkan manusia harus segera menjelajah planet lain jika kita ingin bertahan. "Umat manusia harus mulai meninggalkan Bumi dalam kurun 30 tahun untuk menghindari kemusnahan akibat kelebihan penduduk dan perubahan iklim," kata Hawking dilansir, Independent, Kamis (22/6) tahun lalu.
Saat itu Hawking mengatakan Bumi ini telah menjadi terlalu kecil bagi populasi yang sedang berkembang dengan sumber daya fisiknya. Perubahan iklim, serangan asteroid atau semacam kejadian kosmis bencana lainnya juga menimbulkan ancaman yang signifikan.
Pesawat ruang angkasa yang diusulkan, yang disebut Star Chip, hanya berukuran beberapa sentimeter dengan lampu ringan dengan berat beberapa gram. Sistem seperti itu bisa mencapai Mars dalam waktu kurang dari satu jam, sampai di Pluto dalam beberapa hari. Sesampai di sana, sensor nano diharapkan bisa menggambarkan setiap planet yang ditemukan di sistem sehingga ilmuwan di Bumi bisa mengambil kesimpulan apakah tempat tersebut layak dihuni atau tidak.
Dia memperingatkan perlunya menemukan 'rumah baru' untuk ditinggali karena ada ancaman yang terlalu besar. Saat itu, dia mengatakan bahwa manusia harus menciptakan basis di bulan pada tahun 2020 dan mengirim orang ke Mars pada tahun 2025. Perjalanan antarbintang untuk manusia mungkin bisa dilakukan dalam 200 sampai 500 tahun mendatang.
Pada bulan Oktober tahun lalu, tesis Hawking yang digarap pada 1966 dipublikasikan secara gratis oleh Universitas Cambridge.Tujuan Cambridge mempublikasikan tesisnya adalah membuat kekayaan pengetahuan mudah tersedia untuk semua orang.
Cambridge juga telah menambahkan tesis ke aplikasi Apollo OpenAccess, di samping makalah-makalah dari ilmuwan lain, seperti Isaac Newton dan Charles Darwin. Hawking akhirnya mengizinkan Cambridge untuk memberikan akses gratis tesisnya agar mudah menginspirasi orang lain dan berharap ini akan menjadi platform serupa bagi generasi mendatang.