Selasa 18 Feb 2014 16:49 WIB

Seberapa Penting Memberi Dorongan ke Anak? (1)

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Dorongan bisa diberikan ke anak dalam bentuk verbal dan nonverbal.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Dorongan bisa diberikan ke anak dalam bentuk verbal dan nonverbal.

REPUBLIKA.CO.ID, Seberapa penting sih memberi dorongan pada anak? Orang tua yang diberi pertanyaan ini tentu akan menjawab penting. Tetapi seberapa besar dorongan perlu diberikan ke anak? Mungkinkah dorongan tersebut justru menekan anak?

Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), yang juga psikolog, Evita, menjelaskan orang tua memang harus memberi kan motivasi kepada anaknya. Tak hanya dorongan untuk aspek intelektualnya saja, tapi juga dalam segala aspek. Yaitu, perkembangan fisik dan emosional anak.

Menurut Evita, memberikan dorongan kepada anak, bisa dalam bentuk verbal, yakni dengan kata-kata atau ungkapan. Motivasi, bisa pula diberikan dalam bentuk nonverbal.

Misalnya, dengan memberikan anak kesempatan, fasilitas, dan dukungan kepada anak. Sebaiknya orang tua tidak hanya memberikan dorongan berupa fasilitas, tapi juga dorongan emosional berupa sentuhan atau tepukan. “Orang tua harus mendorong, mengajar, dan membimbing anak dengan hati,” ujarnya. Evita menambahkan, dorongan yang diberikan orang tua juga harus dise suaikan dengan usia dan perkembangan anak.

Untuk anak usia balita, dorongan bisa diberikan dengan kata-kata sederhana. Misalnya, ketika anak kita yang berusia dua tahun sudah bisa makan sendiri. Katakan, “kamu pintar nak, mama senang kamu bisa makan sendiri.”

Berbeda dengan anak usia sekolah dasar. Anak pada usia ini sudah bisa berpikir kritis. Cara memberikan pujian sama saja, yaitu dengan kata-kata dan sentuhan. Bahasa yang digunakan namun berbeda. Misalnya, bila anak sudah terbiasa mendapatkan nilai sembilan untuk pelajaran matematika. Lantas, orang tua jangan puji anak dengan mengatakan kamu hebat bisa mendapatkan nilai tersebut.

Namun, Evita menyarankan, pujilah anak pada saat dia bisa melakukan hal yang belum biasa dalam dirinya. Contohnya, saat anak bisa berlari cepat. Sebelumnya, mungkin anak bisa lari dalam waktu lima menit. Tetapi ketika anak mencatat pencapaian terbaru, yaitu mampu lari dalam waktu tiga menit, baru saat itu orang tua memberi dorongan dalam bentuk pujian. “Hebat kamu, nak. Pertahankan prestasimu.”

Penting juga bagi orang tua untuk mengajarkan anak, tidak ada orang yang sempurna. Termasuk anak. Katakan pada anak untuk jangan khawatir bila ia tidak berhasil dalam satu bidang. Karena, mungkin saja si anak memiliki keunggulan dalam bidang lainnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement