Selasa 18 Mar 2014 11:00 WIB

Lima Alasan Perlunya Membahas Keuangan Sebelum Menikah

.
Foto: Prayogi/Republika
.

REPUBLIKA.CO.ID, Membicarakan soal uang mungkin tak semenarik membahas tentang menu yang akan dihidangkan saat resepsi. Atau, ke mana pasangan akan menghabiskan bulan madu.

Padahal, uang adalah isu yang akan paling banyak diperdebatkan oleh pasangan yang telah menikah. Bahkan, uang menjadi  salah satu sumber perceraian yang paling utama.

Untuk menghindari perdebatan pasangan yang hendak menikah sebaiknya membahas mengenai keuangan mereka. Setidaknya lima hal perlu dibicarakan pasangan sebelum melangkah ke pelaminan.

Banyak pasang menggabungkan tabungan juga investasi mereka setelah menikah. Dengan melakukan itu pasangan akan memiliki pandangan jelas mengenai posisi keuangan mereka sekaligus bisa menghadapi masalah keuangan sebagai tim.

Bukan berarti tidak boleh memiliki rekening yang terpisah. Pasangan masih boleh memiliki rekening masing-masing. Tidak ada cara yang salah sebenarnya. Tetapi, memiliki akun bersama akan sangat membantu mencapai tujuan keuangan. Termasuk membantu membangun kepercayaan karena pasangan memiliki akses untuk melihat isi rekening bersama.

Satu hal yang paling penting untuk ditanya adalah kondisi utang pasangan. Kuncinya adalah bersikap terbuka terkait utang apa saja yang dimiliki dan cara pembayarannya. Jangan sampai memasuki perkawinan yang didasari banyak utang yang sulit untuk dilunasi.

Kemudian, pasangan perlu mendiskusikan apa saja tujuan finansial yang ingin dicapai. Apakah membeli rumah dalam jangka waktu tiga tahun, bisa membeli kendaraan sesegera mungkin, atau rencana memiliki berapa anak.

Pakar investasi Warren Buffet mengatakan, jangan menabung apa yang tersisa setelah mengeluarkan uang untuk konsumsi. Tetapi habiskan uang yang tersisa setelah menabung.

Pernyataan tersebut paling cocok untuk pasangan yang baru menikah. Berapa pun penghasilan Anda, pasangan perlu membuat bujet yang mendetail dan rencana tabungan kemudian mengikutinya.

Diskusi berikutnya adalah membahas mengenai siapa yang akan mengatur bujet keluarga. Perlu diketahui, mengatur bujet membutuhkan kerja tim. Jika satu pasangan lebih terorganisir, biar ia yang melakukan tanggung jawab. Tapi diskusi mengenai kebiasaan konsumsi, investasi, dan rencana pengeluaran ke depan harus dilakukan berdua.

Membahas kemungkinan memiliki perjanjian pranikah juga perlu dibahas pasangan yang hendak menikah. Mungkin ini topik yang paling terasa mengganggu. Pembahasan perjanjian pranikah bukan berarti pasangan berencana tidak akan menikah selamanya. Tapi pertimbangkan faktor ini, perjanjian pranikah bisa melindungi bila pasangan ternyata membawa utang dalam jumlah besar ke perkawinan.

sumber : Huffington Post
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement