Rabu 26 Feb 2014 12:06 WIB

Pentingnya Diet Tanpa Meninggalkan Sarapan

Rep: Indah Wulandari/ Red: Indira Rezkisari
Pilih menu sarapan yang mampu menyediakan energi hingga jam makan berikutnya.
Foto: Prayogi/Republika
Pilih menu sarapan yang mampu menyediakan energi hingga jam makan berikutnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Ingin langsing, menurunkan berat badan, tapi melakukan dietnya dengan cara tidak sarapan? Berarti Anda sudah salah total dalam menjalankan pola makan yang justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Pakar gizi dan nutrisi dari Institut Pertanian Bogor Prof Dr Ir Hardinsyah MS menanggapi ragam diet tanpa sarapan ini secara serius. Sampai saat ini secara ilmiah, menurutnya, tidak ada yang menunjukkan kalau sarapan berdampak buruk pada kesehatan ataupun tubuh.

"Sarapan bukan hanya berkaitan dengan berat badan, tapi juga fungsi kognitif. Berbagai penelitian menunjukkan ketika sarapan, orang lebih bisa berkonsentrasi dan memiliki daya ingat lebih baik," paparnya.

Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia ini menunjukkan sarapan justru bisa lebih mudah membantu penurunan berat badan. Penelitian oleh Tel Aviv University menemukan bahwa tidak melewatkan waktu makan dapat mudah mengendalikan berat badan. Selain itu, juga porsi makan yang tepat juga sangat berpengaruh.

"Sarapan adalah makan dan minum yang dilakukan sebelum pukul 9 pagi untuk memenuhi 15 hingga 30 persen kebutuhan gizi harian sebagai bagian gizi seimbang untuk mewujudkan hidup sehat, bugar, aktif, dan cerdas," ujarnya.

Selain mendapatkan energi, sarapan yang benar akan menjaga berat badan normal karena terhindar dari mengonsumsi makan siang yang berlebih. Menu gizi seimbang ini meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan serat agar mendapatkan energi cukup serta kinerja metabolisme tubuh yang baik.

Misalnya, kecukupan energi seorang anak sekolah sekitar 2.000 kalori dan 40 gram protein sehari, maka setiap sarapan menyediakan 300 hingga 500 kalori dan enam sampai 10 protein. Sisa kebutuhan energi dan protein nantinya akan dipenuhi dari makan siang, makan malam, dan makanan selingan.

"Sebelum memulai aktivitas fisik dan berpikir yang intens, kita harus sarapan dulu. Memang ada metode diet tertentu yang mengatakan sarapan tidak penting, sayangnya metode itu tidak memiliki bukti konkret," tutur Hardinsyah.

Spesialis Gizi Klinik RSCM (Departemen Ilmu Gizi FKUI), dr Fiastuti Witjaksono MS SpGK, mengungkap fakta bahwa orang yang tidak sarapan akan lebih berpotensi terkena berbagai macam penyakit kardiovaskular. Lantaran asupan yang masuk lebih sedikit dibanding yang dikeluarkan.

Ia menyarankan, jauh lebih baik jika ada pengaturan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Agar jumlah kalori yang masuk seimbag dengan banyaknya kandungan lemak dan gula yang bisa dikonsumsi. Cara diet yang seperti inilah yang lebih dianjurkan oleh ahli gizi.

 

Selain mengatur pola makan, juga harus mengikuti berbagai macam aktivitas fisik yang memerlukan energi. Kalori yang berlebih pun bisa terbakar olahraga.

Alternatifnya, pelaku diet bisa memilih serealia utuh sebagai pengganti beras putih atau sereal yang sudah dijadikan tepung. "Karbohidrat kompleks, kandungan serat tinggi, lemak, dan zat gizi yang terkandung dalam serealia utuh dapat meningkatkan indeks glikemik sarapan pagi," kata Fiastuti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement