REPUBLIKA.CO.ID, Perempuan mana yang tidak senang tampil cantik? Tapi, apa jadinya jika kecantikan wajah tidak diimbangi hati yang juga cantik.
Ketika melekatkan lipstik atau mengusap krim ke tubuh pernahkah memikirkan bagaimana produk tersebut bisa sampai terjual di toko. Atau seberapa aman sebenarnya produk tersebut bagi manusia.
Di balik setiap produk perawatan kulit atau kecantikan yang berjejer di rak toko ada proses panjang yang harus dilewati. Beberapa di antaranya bahkan mencakup peran makhluk hidup lain yang dikorbankan demi mempercantik manusia.
Untuk mengetahui apakah produk memiliki efek samping yang membahayakan, kosmetik kerap kali diujicobakan pada hewan. Tikus dan kelinci biasanya menjadi korbannya. Kaki dan tubuh binatang itu disekap dalam sebuah tabung agar tidak bisa bergerak.
Kelinci atau tikus dibiarkan tak bisa meronta. Hanya pekikan suara kesakitan yang terdengar.
Untuk mengetahui kadar racun dari suatu zat, cairan tersebut disuntikkan ke tubuh hewan. Kalau mengandung racun sudah pasti hewan akan mati.
Bila ingin menguji krim kecantikan, sebagian krim umumnya dioleskan pada bagian kuping hewan.
Ketika sang ‘kelinci percobaan’ sudah tidak bernyawa bangkainya dimasukkan dalam kantong plastik dan dibuang begitu saja. Jika ada yang masih hidup, hewan itu lalu sengaja dimatikan karena dianggap sudah terkontaminasi.
Masih mau tampil cantik dengan pilihan kosmetik yang menggunakan hewan sebagai uji coba? Perempuan masa kini dituntut juga memiliki hati yang cantik dan berani melawan kekejaman itu pada hewan.
Perempuan harus mengeluarkan suaranya untuk melawan dunia. Cantik yang sempurna adalah ketika hati ikut berperan. Kalau bukan perempuan yang peduli, siapa lagi?