Ahad 06 Nov 2016 10:59 WIB

Puisi Denny JA: Setelah 4 November

Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA (kanan) dan Co-Founder inspirasi.co Fahd Djibran (ketiga dari kanan) saat peluncuran Denny JA's Public Library di Pisa Kafe Jakarta, Rabu (18/12) malam.
Foto: Republika/ Muhammad Fakhruddin
Direktur Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA (kanan) dan Co-Founder inspirasi.co Fahd Djibran (ketiga dari kanan) saat peluncuran Denny JA's Public Library di Pisa Kafe Jakarta, Rabu (18/12) malam.

Puisi Setelah 4 November

Ketika Dewi Keadilan Memanggil

Oleh: DR Denny JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia

Anwar tercekik terpana

Ia terkencing di celana

Dari ujung sini sampai ujung sana

Jalanan dipenuhi manusia

Tak bisa lagi dikira

Mungkin sejuta jumlahnya

Mereka koor bersatu suara

Berkumpul dari banyak daerah

Ada yang menjual sawah

Ada yang pinjam uang tetangga

Ada yang dibiayai pengusaha

Ada didanai pencari tahta

Semua berupaya

Hadir berjuang bersama

Astaga, ludah Anwar tertelan

Di langit dilihatnya Dewi Keadilan

Di singgasana yang gaib

Dewi keadilan bekerja dengan ajaib

Tunggang langgang Anwar berlari

Melapor pada penguasa negeri

Sambil menggigil keras

Dengan wajah memelas

Anwar sampaikan pandangan mata

Laporkan getaran jiwa

Paduka, bukalah hati

Ini celaka buat negeri

Paduka memang punya kuasa

Tapi paduka tak akan berdaya

Dewi keadilan adalah raksasa

Paduka melompat dari kursi

Tak diduganya separah ini

Ia pun terpana

Tahu artinya itu apa

Jika Dewi keadilan telah datang

Jika Dewi keadilan memanggil

Jika Dewi keadilan menghampiri

Jika Dewi keadilan menyapa

Paduka memberikan perintah

Kumpulkan ahli sejarah

Kumpulkan ahli agama

Kumpulkan penafsir budaya

Keringatnya keluar sebesar pepaya

Saudara-Saudari, ujar paduka

Mohon ditafsir ini pertanda

Ujar Ahli sejarah

Jika dewi keadilan memanggil, wahai paduka

Sebaiknya kita menyerah

Itu terjadi sepanjang sejarah

Tiada yang berdaya

Percuma angkat senjata

Dinding tinggi Berlin pun punah

Super power Sovyet pun sirna

Tiran aneka negara pun musnah

Tiada yang bisa

Ujar penafsir budaya

Jika dewi keadilan memanggil, ya paduka

Sebaiknya kita berserah

Utamakan sikap pasrah

Ancamam bom nuklir tiada berguna

Ancaman penjara tiada daya

Siksa hingga mati justru memberi makna

Di semua budaya

Dewi keadilan adalah Raja

Paduka memang Raja

Tapi Dewi keadilan  Raja di Raja

Ujar Ahli agama

Jika dewi keadilan memanggil, duhai paduka

Saatnya paduka intropeksi

Berdiam diri ke pucuk nurani

Ada yang salah dengan paduka

Selama ini  kurang peka

Dikritik dengan cara  biasa

Paduka menutup mata

Datanglah Dewi keadilan

Semata menjaga keseimbangan

Ia sudah ada sebelum peradaban

Dan tetap ada setelah peradaban

Kerja dewi keadilan tak berperi

Ia hanya menyentuh hati

Menyelinap di malam hari

Menyentuh kesadaran diri

Membangunkan anak negeri

Apa yang harus kulakukan, tanya paduka?

Meja, kursi dan pintu

Lampu, kulkas dan jendela

Tiba -tiba bersuara

Koor bersama

"Buka mata

Buka telinga

Buka hati"

Lantai, plafon dan dinding

TV, cangkir dan piring

Ikut bersuara

Koor bersama

"Buka mata

Buka telinga

Buka hati"

Anwar langsung menghampiri

Ayo paduka tetapkan hati

Kini paduka tak bisa  lari

Jika masih lari

Selamanya paduka dipaksa lari

Anwar kembali melihat langit

Dewi keadilan bertahta di sana

Tetap di sana

Sepanjang masa

Tersenyum padanya

(Setelah 4 November 2016)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement