Di zamannya,
kala bulan muncul, senyap berteduh sedu
Seolah neraka di depan pintu
maya dan nyata satu, tuhan pun samar abu-abu
suara jeritan seakan tabu
jiwa leluhur menutup jendelanya
malaikat kiri-kanan memasung kakinya
Aku dengan waktu ku sendiri
Lahir dari rahim zaman ini yang mengagungkan kreasi
dewasa dari esensi kritis
mewarnai hidup sesuka hati
berekspresi tanpa peduli
Jenuh dengan puisi, Muak dengan tradisi
zamanku Seolah-olah maha hadir
Menggeser dengungan dongeng ibuku
Mencuri permata yang sudah disepuh
Menggunting pita pengikat alam
Menghitamkan ritual langit Ilahi
Menggerogoti pilar Merbabu
Aku disentak derik siluman , tersungkur sadar
Yang terlalu menjerat, mengikat terlalu erat
Bahkan sampai melilit arteri
Kadang seperti kuning kehijauannya empedu
Pahit untuk akhir yang manis
Kian merongrong dengan halusinasi
Mengindoktrinasi tiap kala
Bara pohon kehidupan sudah berasap
Ismaturrahmi