Rabu, 19 September 2012 lalu, ratusan mahasiswa dari UI, UIN, UMJ, Uhamka, Ukrida, dan lain-lain menggelar unjuk rasa menolak World Tobacco Asia yang dihelat di Balai Sidang Jakarta Convention Center pada tanggal 19-21 September 2012. Dalam aksi tersebut, mahasiswa berhasil menembus pengawalan pengamanan serta memasuki gedung, meskipun sempat terjadi kericuhan dan jatuhnya korban luka-luka.
Sebetulnya, apa itu World Tobacco Asia? Media serasa dibungkam karena tidak banyak yang memberitakan kegiatan berskala internasional tersebut. World Tobacco Asia adalah eksibisi rokok dan prasarana otomatisasi industrinya yang diikuti pelaku-pelaku industri rokok dari seluruh dunia. Dalam perhelatan tersebut, pelaku-pelaku industri rokok dari berbagai belahan dunia memamerkan produk mereka masing-masing, mengundang investor untuk menanamkan investasinya.
Ada berbagai alasan kuat bagi Indonesia untuk menolak World Tobacco Asia. Pertama, diselenggarakannya World Tobacco Asia merupakan pelecehan terhadap hak kesehatan rakyat Indonesia; Hak untuk hidup bebas tanpa asap rokok.
Dalam situs resmi penyelenggara World Tobacco Asia, penyelenggara dengan gamblangnya mengeluarkan pernyataan akan mencetak tiga puluh juta perokok baru di Indonesia dengan menciptakan pasar yang potensial dan iklim yang kondusif bagi industri rokok. Sebuah pembunuhan massal dengan "elegan" tentunya, karena siapapun tahu bahaya kesehatan yang diakibatkan rokok. Rokok merupakan gudang racun berukuran mini, yang dengan amat sakti mampu menyebabkan penyakit jantung, paru, kanker, dan bahaya mematikan lainnya.
Kedua, diselenggarakannya World Tobacco Asia 2012, yang merupakan kali kedua di Indonesia merupakan bukti lemahnya regulasi penanggulangan tembakau di Indonesia. World Tobacco Asia pertama yang telah diselenggarakan di tahun 2010, pun juga diselenggarakan di Indonesia.
Sekali lagi, ini merupakan pengkhianatan dan pelecehan terhadap Indonesia, karena dalam situs resminya, dinyatakan bahwa penyelenggara World Tobacco Asia 2012 kembali digelar di Indonesia dikarenakan potensi Indonesia sebagai "pasar yang bersahabat" bagi Industri rokok, akibat tidak adanya regulasi yang mengatur penanggulangan tembakau di Indonesia.
Faktanya, tidak ada negara yang bersedia menjadi tuan rumah World Tobacco Asia. Hal itulah yang menyebabkan World Tobacco Asia tidak diselenggarakan di tahun 2011. Sungguh miris, bahwa berarti Indonesia telah kalah jauh dari negara-negara di seluruh dunia, yang kini umumnya telah melindungi masyarakatnya dengan memberlakukan regulasi ketat penanggulangan produk tembakau.
Terselenggaranya World Tobacco Asia di Indonesia untuk kedua kalinya pun akan semakin mempersulit pengesahan regulasi penanggulangan tembakau (RPP Tembakau) yang tidak kunjung terlaksana. Karena, penanaman modal asing akan semakin banyak dan kian melenakan untuk tidak dibendung.
Ketiga, argumentasi industri rokok sebagai penyelaman kehidupan petani tembakau ternyata hanya isapan jempol belaka. World Tobacco Asia dan industri rokok di Indonesia, semakin tidak bersahabat pada petani tembakau. Semakin banyak industri rokok Indonesia yang menggunakan tembakau impor sebagai bahan baku produksi. Mesin-mesin otomatisasi industri pun kian giat dipopulerkan dan digunakan, menyingkirkan buruh pabrik dari perannya. Nyatanya, World Tobacco Asia pun didominasi oleh industri-indusri rokok asing yang berminat melakukan ekspansi pasar ke Indonesia.
Mari bersama wujudkan Indonesia sehat tanpa asap rokok!
Fathimah Sulistyowati
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia