REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: William Henley (Founder Indosterling Capital)
Belakangan, GoJek disusul kompetitornya, Grab Bike, mengundang banyak perhatian. Terlepas dari kontroversinya, startup entrepreneur berbasis aplikasi itu seolah mampu memformalkan profesi tukang ojek dan memunculkan nilai lebih yang terkandung di dalamnya. Boleh dibilang, inilah inovasi strategis untuk menjawab masalah biaya transportasi yang masih tinggi di negeri ini.
Tak heran juga jika apresiasi terhadap startup entrepreneur berbasis aplikasi ini mendapat perhatian besar dari Presiden Joko Widodo dan petinggi International Monetery Fund (IMF), Christine Lagarde. Nadiem Makarim, sang pendiri GoJek, telah memberikan contoh bagaimana generasi muda Indonesia mampu menuangkan ide kreatifnya dalam menciptakan platform baru untuk mempertemukan secara direct antara ojek dan pelanggan.
Melalui startup entrepreneur ini kita sudah diajak untuk belajar bagaimana sebuah usaha dan perekonomian membutuhkan kebijakan bersifat inklusif. GoJek telah menunjukkan kepada kita bagaimana perkembangan teknologi dan inovasi sangat diperlukan guna meningkatkan kegiatan bernilai tambah tinggi. Dalam hal ini, sesuai karakteristik perkembangan teknologi, supply dan demand dipertemukan secara lebih efektif dan efisien.
Kehadirannya juga mampu menghapus berbagai persoalan transportasi, terutama di kota besar seperti Jakarta. Di saat yang sama, kita melihat bagaimana adanya standardisasi harga, layanan, dan bagi pengendaranya adalah bentuk pengakuan terhadap profesi ojek itu sendiri. Kelak, ojek bisa lebih diakui sebagai profesi sehingga accessible dengan industri lainnya terutama perbankan.