Jumat 06 May 2016 08:11 WIB

Aku Menangisi Bumi Syam yang Hampir (Telah) Mati

Red: M Akbar
Anak Suriah di pengungsian
Foto: istimewa
Anak Suriah di pengungsian

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Doddy Cleveland (Relawan Kemanusiaan)

Awal Desember 2014, saya berkesempatan berada di kota Istanbul, Turki. Udara sudah mulai dingin. Tercatat temperatur berkisar 10 derajat celcius dan akan terus semakin mendingin. Kerap kali juga terjadi hujan. Apabila bepergian, selain pakaian hangat, saya perlu membawa payung. Sebagaimana tahun sebelumnya, salju yang membekukan turun di bulan Desember.

Di antara kemegahan kota Istanbul ini, di antara suhu rendah ini, satu hal yang membuat miris hati adalah tampak banyaknya pengemis di jalan-jalan, di lapangan, di masjid-mesjid, di tempat umum.

Awalnya memang ada rasa aneh, kenapa Turki yang relatif makmur dengan pendapatan rata-rata penduduknya sekitar 18 ribu dolar AS, namun begitu mudah mata memandang orang-orang yang mengharap belas kasih. Namun kesadaran segera menyeruak, peminta-minta itu bukanlah orang Turki.

Ya, benar. Mereka berasal dari Suriah yang dulu di kenal sebagai negeri Syam, tempat dulu Rasulullah Muhammad SAW ketika kecil berniaga bersama dengan pamanda tercintanya Abu Thalib.

Negeri yang sekarang tercabik perang. Kekejaman perang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang, ribuan cacat, ribuan yatim dan jutaan orang mengungsi untuk menghindari bau mesiu kematian. Sebagian membanjiri Turki.

Saya menjumpai, kebanyakan para pengemis itu adalah anak-anak dan wanita. Mereka segera mendatangi kita tatkala berada di sekitar mereka. Dengan menghiba mereka meminta kebaikan orang-orang yang melintas. Kadang saya temui mereka tampak menggigil kedinginan sambil menadahkan tangan mereka.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement