REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Douglas Broderick (Kepala Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Koordinator Urusan Kemanusiaan PBB di Indonesia)
Hari ini kita menyaksikan penderitaan manusia pada skala yang belum pernah terjadi sejak akhir Perang Dunia Kedua. Lebih dari 130 juta orang di seluruh dunia membutuhkan bantuan kemanusiaan. Jika dikumpulkan, mereka dapat membentuk negara berpenduduk terpadat kesepuluh di dunia.
Dalam nuansa mengejutkan dan menyedihkan seperti inilah kita memperingati Hari Kemanusiaan Dunia tahun ini. Di sinilah kita hendak menyerukan solidaritas global dan berdiri bersama dengan semua orang yang terkena dampak krisis.
Pada hari ini, kita harus bersatu dalam ‘satu kemanusiaan' dengan mereka yang terkena dampak konflik dan bencana di seluruh dunia. Sementara menghargai kerja keras dan dedikasi para pekerja kemanusiaan di negeri ini, di kawasan ini, dan di seluruh dunia yang meringankan penderitaan dimanapun dan kapanpun ditemukan.
Pada tataran politik, ada yang harus lebih banyak dilakukan untuk mengidentifikasi upaya mengakhiri konflik dan menghentikan kejadian konflik yang baru saja terjadi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan bencana di dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, ada 11.274 kejadian bencana yang telah melanda negeri ini. Terdata 193.240 korban dan Rp 420 triliun kerugian ekonomi selama periode yang sama.
Setiap tahun, ribuan orang, laki-laki dan perempuan pemberani dari masyarakat lokal, pemerintah daerah dan pekerja masyarakat sipil tanpa lelah membawa bantuan kemanusiaan penyelamatan jiwa kepada mereka yang membutuhkan. Tak sedikit mengandung risiko fatal bagi diri mereka sendiri.
Tentara Indonesia di luar negeri melayani operasi pemeliharaan perdamaian dan warga negara Indonesia bekerja untuk badan-badan PBB dan organisasi non-pemerintah, mendukung upaya pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan. Baik di Indonesia atau pun di luar negeri, mereka yang berada di lapangan sangat penting.
Mereka ini berperan dalam menyelamatkan nyawa. Tak sedikit di antaranya mereka ini yang memberikan dukungan, termasuk menyelamatkan orang-orang dari reruntuhan bangunan, menyediakan makanan, memberikan tempat berlindung dan air bersih, serta mendirikan klinik dan ruang kelas sementara.
Perubahan signifikan dalam upaya penanganan bencana alam di Indonesia telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Kerangka dan lembaga-lembaga hukum telah terbangun untuk mengelola dampak bencana, dan sistem telah dibentuk untuk lebih mengantisipasi risiko.
Sistem lokal dan nasional yang sekarang telah mampu memimpin dan mengelola respon. Kemudian diperkuat lagi oleh mitra kemanusiaan regional dan internasional jika diperlukan. Dalam konteks ini, masyarakat internasional dapat mendukung upaya nasional dalam pemberian bantuan pada skala dan kecepatan yang dibutuhkan. Caranya dengan mengadakan keahlian teknis tertentu atau pembelajaran dari skenario respons di negara lainnya untuk meningkatkan kualitas dukungan dan bantuan.
Pendekatan 'se-lokal mungkin; se-internasional ketika diperlukan' adalah salah satu yang disuarakan dengan lantang. Ini termasuk dalam pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia dalam Pertemuan Puncak Kemanusiaan yang pertama kalinya diadakan tahun ini di bulan Mei di Istanbul, Turki.
Untuk menjadikan hal tersebut menjadi kenyataan di semua wilayah di dunia, dinyatakan komitmen yang kuat untuk mendukung sistem respon nasional dan lokal. Termasuk di dalamnya memberikan lebih banyak dukungan dan piranti pendanaan bagi pelaku penanganan bencana di tingkat lokal dan nasional yang berada di garis depan aksi kemanusiaan termasuk Pemerintah, masyarakat serta Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Dukungan ini dimaksudkan untuk membantu mempersiapkan dan menanggapi bencana dan krisis. Utamanya terhadap masyarakat rentan. Tujuannya agar pada 2020, setidaknya 25 persen pendanaan kemanusiaan disediakan untuk pelaku penanganan bencana lokal dan nasional yang sedapat mungkin dilakukan secara langsung.
Secara global, ada banyak hal yang dapat dipelajari dari pengalaman para pelaku penanganan bencana lokal di kawasan kita. Dalam konteks ini investasi besar telah ditanamkan. Lalu upaya telah dilakukan untuk memastikan negara-negara di kawasan ini siap siaga menghadapi bencana dan memperkuat kemampuan daya lenting setelah bencana.
PBB melanjutkan dukungannya untuk siap membantu upaya nasional dalam hal kesiapsiagaan dan kesiapan respons ketika diperlukan. Tetapi kita semua sadar, sebaik apapun upaya kita, bencana masih akan terjadi. Dan kita semua harus siap untuk menanggapinya.
Di Indonesia, upaya penanganan bencana dilakukan dengan pendekatan 'seluruh komponen masyarakat' baik pemerintah, lembaga usaha, masyarakat sipil dan mereka yang terdampak. Banyak pelajaran yang telah dipelajari dan praktik terbaik yang dikembangkan.
PBB telah bekerja sama dengan Indonesia dalam masa-masa sulit. PBB juga siap mendukung kegiatan kemanusiaan untuk kemajuan negeri ini. Termasuk di dala upaya bangsa untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana dan krisis di dalam negeri dan di negara lain.