Rabu 23 Nov 2016 06:21 WIB

Demonstran Bayaran, Jokowi, Aktor Makar, dan Macetnya Dialog Kebangsaan

Lautan massa memadati kawasan Bundaran Air Mancur Bank Indonesia sebelum menuju ke depan Istana Merdeka di Jakarta, Jumat (4/11).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Lautan massa memadati kawasan Bundaran Air Mancur Bank Indonesia sebelum menuju ke depan Istana Merdeka di Jakarta, Jumat (4/11).

Demonstran Bayaran, Jokowi, Aktor Makar, dan Macetnya Dialog Kebangsaan

Oleh: DR Syahganda Nainggolan, Peneliti Asean Institute for Information and Development Studies

==================

Donald Trump telah menuduh protes anti Trump sebagai profesional demonstran. Bayaran. Mungkin dia merujuk tweets @erictucker yang sedang viral  di Amerika, seorang penduduk biasa Austin, Texas., dengan tweets: "Anti-Trump protestors in Austin today are not as organic as they seem. Here are the busses they came in. #fakeprotests  #Trump2016  #Austin”. Sambil memuat foto-foto bus yang  membawa demonstran bayaran.

Presiden terpilih Amerika, Trump, pada 11 November, lalu memposting tweeternya:"Just had a very open and successful presidential election. Now professional protesters, incited by the media, are protesting. Very unfair!"

Eric Tucker sudah mengaku khilaf atas postingannya yang sembrono. Namun, tweets Presiden terpilih Trump sudah kadung menuduh.

Di negara super demokrasi liberal Amerika saja, yang tingkat pendidikan rakyatnya tertinggi se dunia, tuduhan demo bayaran,  faktanya sedang terjadi. Apalagi di Indonesia, yang hanya negara baru dalam berdemokrasi. Pasti situasi jadi lebih rumit.

Di Indonesia, pertama sekali keraguan demo Bela Islam II pada 411 sebagai aksi murni dilontarkan Jokowi dengan menuduh bahwa aksi tersebut ada aktor yang menunggangi. Di Amerika pro Trump menuduh George Soros terlibat membiayai aksi anti Trump. Di Jakarta, pro Jokowi, seperti Boni Hargens, yang bekerja pada sebuah institusi intelijen, menuduh SBY yang menunggangi. Lalu siapa yang menuduh demonstran bayaran? Berapa biaya per demonstran? Itulah Ahok, dia yang mengatakan bahwa demonstran 411 dibiayai rp. 500 ribu perorang.

Menuduh aksi 411 dibayar, apalagi cenderung  mengaitkan SBY sebagai bandarnya, memerlukan pertanggungjawaban yang besar. Rachmawati Soekarnoputri, yang menjadi salah satu tokoh dalam aksi 411 sudah menyatakan kepada publik bahwa dia akan menuntut Ahok atas kasus penistaan terhadap dirinya, karena menghina martabatnya yang melakukan aksi berdasarkan hati nurani.

Farhat Umar, senior alumni IPB, yang dikenal sebagai ulama, juga menyatakan akan melaporkan Ahok ke polisi terkait hal yang sama. Berbagai pihak juga sudah melaporkan Ahok. Mereka semua tidak terima dengan fitnah Ahok sebagai "profesional demonstran". Semua ummat Islam massa aksi 411 yakin terpanggil karena Allah, Tuhannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement