Ahad 04 Dec 2016 09:35 WIB

Menyikapi Keindonesiaan: Aksi 411 dan 212

Sejumlah anggota TNI berjilbab membagikan air minum saat melakukan pengamanan dalam aksi Bela Islam III di kawasan silang Monas, Jakarta, Jumat (2/12).Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakar
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Sejumlah anggota TNI berjilbab membagikan air minum saat melakukan pengamanan dalam aksi Bela Islam III di kawasan silang Monas, Jakarta, Jumat (2/12).Jutaan Jamaah Aksi Bela Islam III menjelang pelaksanaan Shalat Jumat memadati area Monumen Nasional Jakar

Menyikapi Ke-Indonesiaan: Aksi 411 dan 212

Oleh: DR Chusnul Mar'iyah, Dosen FISIP UI

=======================

Saya tidak perlu ngotot berapa jumlah yg hadir di 411 dan di 212. ada yg bilang 50 rb satu juta, tujuh juta. silahkan saja. niat kita menentukan jumlah pasti dicatat oleh malaikat Allah. Karena dengan sengaja mengecilkan? karena dengan 'Ilmu' dan benar atau karena dengan 'Ilmu' tapi salah hitungannya karena tidak hadir di tempat? variabelnya salah, datanya salah? asumsi salah? atau saya tidak tahu, karena bukan bidang wilayah kemampuan saya.

Insya Allah catatan malaikat Allah pasti benar, berapa jumlah yg pasti datang? dan catatan itu tdk bisa dihapus oleh manusia yang mencoba mengecil2kan, masih ada variabel lain yang ingin hadir tapi dihalangi aparat? atau hatinya hadir tapi ada halangan-halangan lain, dan kegiatan di banyak kota pada saat yang sama. Teman saya Rosemary dia bilang hadir di masjid di Medan. Adik saya Nanik juga ikut kegiatan di Palu. Mereka mengetuk pintu langit bukan pintu istana atau DPR. Alhamdulillah semua lancar, kita menunggu takdir Allah.

Saya membayangkan bak kita berada di Padang Mahsyar. Kita terpisah dengan rombongan dan khusuk dengan diri kita sendiri karena kita diajak berdzikir, air mata sejak berangkat dari rumah pagi-pagi buta sampai sekarangpun masih suka menangis membaca ceritera para jama'ah. Insya Allah Cinta Al Qur'an dapat terus memupuk iman kita. Saya yakin siapapun yg beriman dan ber-Islam dengan baik di negeri ini pasti menjadi warga negara Republik Indonesia dengan baik. Oleh karena itu kita terus bersyukur. Mari kita maknai Indonesia dengan rahmatan lil alamin. Jangan ummat Islam dipojok-pojokkan tidak memiliki jiwa Kebhinekaan. Kami tidak mampu menggunakan jargon yang tidak sesuai antara kata dan perbuatan berbeda. Kami takut masuk golongan kaum munafik. Naudlubillah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement