REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan AIDS nampaknya masih akan tetap news worthy dan menjadi momok masyarakat. Pemberitaan siapa korban, jumlah yang terkena virus ini masih mendapat tempat di media massa di seluruh dunia. Juga jurnal-jurnal kedokteran internasional masih relevan menyoroti masalah AIDS termasuk temuan-temuan ataupun pendapat-pendapat baru.
Ramalan, atau perhitungan ilmiah yang memperkirakan jumlah pengidap AIDS di Asia jauh melebihi jumlah pengidap HIV di Amerika dan Eropa semakin terbukti. Pada saat ini saja di India diperkirakan sudah mencapai angka jutaan orang mengidap HIV. Belum lagi bicara soal Thailand, termasuk negara tercinta kita, Indonesia.
Dunia memang sangat cemas menghadapi wabah AIDS ini. Manusia melihat AIDS seperti melihat suatu petaka dahsyat yang secara pasti datang merayap mendekati mereka, tetapi mereka tidak berdaya apa-apa. Selain mengetahui bahwa vaksin AIDS belum dapat ditemukan dan dimanfaatkan untuk mencegah AIDS hingga lima atau bahkan sepuluh tahun yang akan datang, juga menyadari bahwa penyebarannya sangat berkaitan dengan perilaku seksual yang sulit dibendung.
Nasihat agar manusia menghindari perilaku seksual yang sembarangan memang sangat baik, tetapi sering tidak banyak dipatuhi. Manusia nampaknya mempunyai sifat dekat dengan Tuhan ketika sedang dalam keadaan ''biasa'', tetapi dekat dengan setan ketika nafsu seksual memuncak. Mereka mungkin taat melakukan ritus-ritus agama yang diwajibkan secara teratur, tetapi ketika nafsu sedang memuncak mereka lupa akan segala doa dan ritus-ritus tadi. Pertumbuhan jumlah kasus AIDS yang semakin cepat di Indonesia harus segera menggugah kita dan mendorong kita untuk segera mengambil sikap yang tegas, sebelum jumlahnya menjadi lebih besar dalam waktu yang sangat singkat.