REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Firkah Fansuri/ Asisten Redaktur Pelaksana Republika
Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, setiap krisis ekonomi dan politik di Amerika Serikat selalu berpengaruh ke global. Beberapa tahun lalu, krisis kredit properti di negara tersebut telah membuat ekonomi dunia mengalami kontraksi yang pengaruhnya tidak selesai dalam satu tahun.
Kini perseteruan antara pemerintah dan kongres pekan lalu telah menyebabkan shutdown atau terhentinya sementara pemerintahan negara itu. Seperti juga kejadian-kejadian sebelumnya, masalah ini diperkirakan dalam jangka panjang akan menimbulkan masalah baru bagi perekonomian dunia yang secara perlahan baru pulih dari krisis ekonomi.
Indonesia sebagai bagian dari ekonomi global tentu saja tidak akan lepas dari imbas melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Belum lagi, bagi Indonesia, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor nomor tiga. Karena itu, ketika ekonomi Amerika Serikat bermasalah, ekspor ke negara itu pun akan menghadapi masalah.
Kita menyadari masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa shutdown di AS akan terjadi berkepanjangan. Walau demikian bukan langkah tepat bila kita tidak menyiapkan sejumlah langkah antisipasi apabila kekhawatiran krisis di Amerika Serikat berkepanjangan menjadi kenyataan.
Dalam jangka pendek, sebenarnya tidak ada pengaruh yang terlalu berarti akibat mentoknya pembahasan anggaran di negara Paman Sam tersebut. Justru ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kejadian ini membuat stimulus yang semula akan diberikan untuk mengangkat nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia akan dihentikan.
Kondisi ini secara perlahan akan mengangkat nilai tukar rupiah yang dalam beberapa bulan terakhir terpuruk. Namun yang perlu dicermati penguatan nilai tukar rupiah tersebut harus berjalan secara struktural sehingga mampu memperbaiki defisit neraca perdagangan dan neraca perdagangan berjalan.
Paket kebijakan stabilisasi ekonomi yang dirilis pada Agustus oleh Presiden hendaknya menjadi momentum untuk diwujudkan. Dengan demikian, Indonesia benar-benar siap apapun yang akan terjadi di Amerika Serikat. Jika krisis Amerika Serikat hanya berlangsung sebentar sehingga ekonomi negara itu kembali normal, nilai tukar rupiah siap menghadapi perkasanya mata uang dolar AS sehingga impor-ekspor dalam negeri tidak mengalami masalah.
Begitu juga jika krisis Amerika berkepenjangan dan menyeret ekonomi global ke jurang krisis, bagi Indonesia harus mulai bersiap-siap mengincar negara tujuan ekspor baru. Pada saat bersamaan Indonesia juga harus mampu mengembangkan pasar dalam negeri sehingga ketergantungan ekspor tidak begitu berlebihan.
Dalam kondisi yang tidak begitu pasti mengenai krisis Amerika Serikat, yang penting bagi Indonesia adalah fokus pada ekonomi dalam negeri. Seluruh elemen harus bersama-sama bagaimana memperbaiki ekonomi dalam negeri seperti menekan laju inflasi, dan memperbaiki neraca perdagangan dengan merealisasikan kebijakan stabilitas ekonomi yang telah dicanangkan.