Jumat 27 Jul 2018 00:43 WIB

Pembuktian Hendra dan Ahsan di Masa-Masa Senja

Hendra dan Ahsan sudah sama-sama berkepala tiga.

Pebulutangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan /Muhammad Aksan
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Pebulutangkis ganda putra Indonesia Hendra Setiawan /Muhammad Aksan

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Bilal Ramadhan*

Pasangan ganda putra senior Indonesia, Hendra Setiawan/Mohamad Ahsan masih menunjukkan tajinya di turnamen bulu tangkis dunia. Di turnamen Singapore Open Super 500 yang merupakan kelas super series, Hendra/Ahsan menjadi juara setelah mengalahkan pasangan muda Cina, Ou Xuanyi/Xiangyu Ren dengan 21-13 dan 21-19, Ahad (22/7).

Prestasi ini mengulangi pencapaian Hendra/Ahsan yang menjadi juara di turnamen ini pada 2013 lalu. Dan pasangan ini juga terakhir menjuarai turnamen kelas Super Series/Super Series Premier pada 2015 lalu yaitu gelar penutup tahun BWF Super Series Final 2015. Hendra mengakui gelar juara ini sangat berbeda untuknya dan Ahsan.

"Pastinya berbeda ya, karena dulu kita masih muda. Sekarang sudah cukup tua,” kata Hendra usai pertandingan.

Gelar juara ini memang sangat penting untuk Hendra dan Ahsan yang sudah tidak muda lagi. Hendra dan Ahsan sudah sama-sama berkepala tiga. Ahsan, sang penggebuk, akan berusia 31 tahun pada 7 September 2018 nanti. Bahkan Hendra, sang playmaker, menjelang 34 tahun pada 25 Agustus 2018 mendatang.

Masa-masa keemasan Hendra/Ahsan pun sudah lewat. Pasangan ini sempat menjuarai turnamen All England 2014 dan dua kali menjadi Juara Dunia pada 2013 dan 2015. Hendra/Ahsan juga mempersembahkan medali emas di Asian Games 2014. Pada 2013-2014 juga, Hendra/Ahsan menduduki tahta sebagai pasangan ganda putra peringkat 1 dunia versi Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).

Prestasi Hendra malah lebih lengkap lagi dengan meraih medali emas di Olimpiade 2008 bersama pasangan sebelumnya, Markis Kido. Prestasi yang belum bisa disamai bersama Ahsan.

Namun usia memang tidak bohong. Pada awal 2016, performa mereka menurun seiring dengan bermunculannya ganda-ganda muda dari berbagai negara. Pada pertengahan 2016, pelatih membongkar pasangan ini. Ahsan dipasangkan dengan Rian Agung Saputro, sedangkan Hendra memilih hengkang dari Pelatnas dan berpasangan dengan pemain Malaysia, Tan Boon Heong.

Akhir 2017, Pelatnas kembali memanggil Hendra dan kemudian dipasangkan lagi dengan Ahsan sejak awal tahun ini. Dengan harapan bisa mengembalikan performanya untuk tampil di Asian Games 2018. Hingga penilaian akhir di Piala Thomas 2018, Hendra/Ahsan belum juga memberikan penampilan yang meyakinkan.

Hal ini terlihat di semifinal Piala Thomas saat Indonesia melawan Cina. Hendra/Ahsan yang diturunkan sebagai ganda kedua tidak mampu meraih poin kemenangan di laga yang menentukan. Indonesia pun kalah 1-3 dan gagal melangkah ke babak final.

Kegagalan ini pula yang kemudian Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) tidak menurunkan Hendra/Ahsan di Asian Games 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumahnya. Kekecewaan yang besar tentunya bagi pasangan ini untuk bermain di pesta olahraga negara-negara Asia di kandang sendiri.

Posisi ganda kedua yang diturunkan di Asian Games 2018 digantikan oleh pasangan muda Fajar Alfian/M Rian Ardianto yang sudah menunjukkan kebolehannya menaklukkan juara Malaysia Open 2018 dan Juara Dunia 2017 di turnamen Indonesia Open 2018 beberapa waktu lalu. Untuk ganda pertama Indonesia yang diturunkan tentunya adalah pasangan peringkat 1 dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Kegagalan ini tak membuat mereka patah arang. Gelar juara di Singapore Open 2018 menjadi awal pembuktian pasangan senior ini untuk turnamen-turnamen ke depannya. Seperti yang dikatakan Hendra, gelar ini menjadi modal untuk membangkitkan kembali kepercayaan diri mereka  di tengah membanjirnya ganda-ganda muda dunia.

Terus semangat, daddies…

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement