Jumat 04 Jan 2019 00:04 WIB

Wait and See di Tahun Politik

Politik dan ekonomi adalah hal beda, tapi sama-sama berpengaruh terhadap IHSG.

Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id
Foto: Friska Yolandha
Friska Yolandha, Redaktur Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Friska Yolandha*

Menutup tahun penuh gejolak, indeks harga saham gabungan (IHSG) tercatat negatif 2,54 persen. Kinerja ini bukanlah yang terbaik karena dua tahun sebelumnya indeks ditutup positif, yaitu 19,99 persen pada 2017 dan 15,32 persen pada 2016.

Meskipun demikian, indeks pada tahun ini tetap lebih baik dibandingkan kinerja 2015 yang turun hingga 12,13 persen. Bahkan, jauh lebih baik dibandingkan 2008 yang mencatatkan penurunan terparah, yaitu lebih dari 50 persen.

Bursa saham nasional tercatat berkinerja 'terbaik' di Asia Pasifik. Dibandingkan negara-negara tersebut, Indonesia hanya kalah dari India. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, bursa saham India menguat 6,17 persen. Sementara, indeks negara lain di kawasan ini seluruhnya terkoreksi. Indonesia mencatat koreksi indeks paling kecil.

Kondisi ini tidak lepas dari sejumlah sentimen negatif yang membuntuti. Pada awal tahun, ketidakpastian pasar dipicu oleh isu perang dagang yang digulirkan pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Cina. Kedua negara saling perang tarif yang menyebabkan gejolak di negara-negara berkembang.

Penurunan indeks juga tak lepas dari kondisi ekonomi nasional yang belum juga menunjukkan geliatnya. Pertumbuhan ekonomi mandek di lima persen, nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi hingga defisit neraca perdagangan yang kian lebar.

Kondisi ini mempengaruhi investasi asing di pasar modal nasional sepanjan 2018. Tahun lalu, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 45,65 triliun di pasar reguler.

Tahun ini, pemerintah/otoritas optimistis indeks akan tumbuh lebih baik. Status tahun politik tidak menyurutkan investor dan pelaku usaha untuk bertransaksi di pasar modal. Bahkan, tren tahun politik menunjukkan performa yang baik.

Tiga tahun politik sebelumnya, IHSG mengalami apresiasi yang cukup baik. Pada 2004, IHSG menguat 44,56 persen. Tahun politik selanjutnya, pada 2009, IHSG naik 86,98 persen. Dan pada 2014 lalu, IHSG menguat 22,29 persen bila dibandingkan dengan penutupan akhir 2013.

Meskipun optimistis, investor perlu mencermati beberapa faktor yang menjadi risiko dalam berinvstasi di pasar modal. Faktor politik merupakan salah satu yang menjadi perhatian investor. Namun demikian, jangan sampai isu ekonomi dan politik saling diadu agar tidak menimbulkan sentimen negatif dalam pergerakan pasar.

Ekonomi dan politik merupakan dua hal yang berbeda. Meskipun demikian, keduanya tidak dapat dipisahkan dan sama-sama memberikan pengaruh terhadap kinerja bursa saham nasional. IHSG sebagai indikator kinerja bursa saham di Indonesia hanya bisa naik secara konsisten jika ditopang oleh perekonomian yang tumbuh secara stimultan dan stabil. Sementara, pertumbuhan ekonomi yang baik dapat terjadi jika suhu politiknya kondisif.

Namun, saat ini bukan sekadar perkara politik. Baiknya pergerakan indeks di tahun politik sebelumnya ditopang oleh katalis positif dari global, salah satunya arus masuk asing melalui kebijakan quantitative easing (QE), terutama pada 2008. Sementara tahun ini, perkembangan ekonomi global masih akan dibayangi oleh perang dagang antara AS dan Cina, serta perkembangan ekonomi di Eropa. Selain itu, rencana bank sentral AS the Fed menaikkan suku bunga juga akan memberikan pengaruh terhadap perekonomian nasional.

Investor cenderung wait and see selama tahun politik. Namun, kinerja baik pemerintah pada tahun ini diharapkan akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia sehingga tak perlu ragu menempatkan dananya di Bursa Efek Indonesia. Lalu bagaimana dengan proyeksi ekonomi nasional secara umum? Mari berharap lebih baik.

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement