Selasa 26 Feb 2019 07:27 WIB

Islamic Book Fair (IBF) dan Literasi Islam

Peradaban Islam dibangun dari kekuatan literasi seperti Islamic Book Fair (IBF) ini.

Red: Elba Damhuri
General Manager Republika Penerbit Syahruddin El-Fikri
Foto: Republika
General Manager Republika Penerbit Syahruddin El-Fikri yang juga wakil ketua IBF 2019.

Umat Islam seolah merasa puas dengan apa yang telah dihasilkan intelektual dan cendikiawan Muslim masa lalu. Umat Islam seolah sudah merasa bahagia karena ‘pernah’ memiliki cendikiawan Muslim hebat di masa lalu.

Sehingga tak punya kemampuan serta keberanian untuk ‘mengolah’ dan menggali kembali ilmu pengetahuan. Jika umat Islam mau dan berupaya kembali menggali ilmu pengetahuan, niscaya akan lahir kembali manusia-manusia Muslim yang unggul dan hebat.

Pertanyaanya adalah bagaimana menghasilkan manusia unggul itu, sehingga kita bisa menyelamatkan masa depan dan membuat Islam mampu berjaya kembali? Jawabanya terletak pada kemampuan membangun tiga pilar literasi, yaitu budaya baca, budaya diskusi, dan budaya tulis.

Artinya, untuk mampu membangun kembali kejayaan Islam dan bangsa, —suka tidak suka— mesti bermula dari kemampuan menghasilkan manusia-manusia yang melek literasi. Tanpa didukung oleh manusia-manusia yang melek literasi, rasanya sangat sulit membangun kembali kejayaan Islam.

Saat ini, telah kita sadari bersama, dunia literasi Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya. Tak hanya di dunia, di Asia bahkan ASEAN saja, negeri ini jauh tertinggal. Dalam sejumlah penelitian, bahkan Badan Dunia seperti UNESCO, pernah menyebutkan bahwa tingkat melek literasi (gemar membaca) rakyat Indonesia hanya 1/1000.

Artinya, dari 1000 penduduk Indonesia, hanya satu orang yang suka membaca. Dengan asumsi demikian, maka sesungguhnya rakyat Indonesia yang melek literasi tak lebih dari 260 ribu jiwa (1/1000 dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 260 juta jiwa).

Tak hanya itu, tantangan lain yang dihadapi bangsa ini adalah soal melek huruf. Masih banyak rakyat Indonesia yang buta huruf alias tidak bisa membaca dan menulis. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI saat memberikan sambutan pada acara Hari Aksara Internasional 8 September 2017 di Kuningan, Jawa Barat, menyebutkan bahwa masih ada 2,07 persen rakyat Indonesia yang buta huruf. Ia menyebut sekitar 3,4 juta jiwa. Tentu saja, angka ini masih terbilang besar, sebab angka 2,07 persen berarti ada sekitar 5,1 juta jiwa yang buta huruf.

Sejumlah provinsi di Indonesia juga masih buta huruf dan belum mampu membaca. Sebanyak 7,91 persen di Provinsi Nusa Tenggara Barat; 5,15 persen di Nusa Tenggara Timur; 4,58 persen di Sulawesi Barat; 4,50 persen di Kalimantan Barat; 4,49 persen di Sulawesi Selatan; 3,57 persen di Bali; 3,47 persen di Jawa Timur; 2,90 persen di Kalimantan Utara; 2,74 persen di Sulawesi Tenggara; dan 2,20 persen di Jawa Tengah.

Sementara 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah 1.157.703 orang laki-laki dan perempuan 2.258.990 orang.

Persentase buta aksara itu menurun dibandingkan tahun 2015, sebanyak 3,56 persen atau 5,7 juta penduduk buta aksara. Pada 2014, jumlah penduduk buta aksara adalah 3,7 persen atau 5,9 juta orang. Persentase buta aksara itu menurun dibandingkan tahun 2015, sebanyak 3,56 persen atau 5,7 juta penduduk buta aksara. Pada 2014, jumlah penduduk buta aksara adalah 3,7 persen atau 5,9 juta orang.

Kondisi ini diperparah dengan minimnya perpustakaan dan taman bacaan masyarakat. Tercatat, sampai tahun 2016, terdapat sekitar 157.585 perpustakaan di seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta. Jumlah tersebut apabila dibagi meliputi;

497 perpustakaan kabupaten/kota; 23.281 perpustakaan desa/kelurahan; 118.599 perpustakaan sekolah; 2.428 perpustakaan perguruan tinggi; 9.000 perpustakaan khusus (di instansi negeri dan swasta), 3.000 perpustakaan di tempat ibadah dan 7. 780 perpustakaan komunitas (taman bacaan masyarakat).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement