REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Book Fair (IBF) 2023 menjadi kebanggaan pegiat literasi keilmuan Islam di Indonesia. Bahkan kegiatan ini membetot perhatian pecinta buku dari negeri jiran.
Kegiatan tersebut menjadi penanda perbukuan Islam di Tanah Air, khususnya Jakarta dan sekitarnya, masih dicintai banyak orang. Kalangan santri dan Muslim perkotaan merupakan penghidup literasi Islam yang banyak menyokong IBF 2023.
Pameran buku Islam ini berakhir pada Ahad (24/9/2023). Yang menarik, pemungkas acara tersebut adalah bedah buku Islam & Evolusi: Imam al-Ghazali dan Paradigma Evolusi Modern karya Shoaib Ahmed Malik. Bedah buku terbitan Rene Islam ini bertajuk “Imam al-Ghazali Menjawab Polemnik Islam dan Teori Evolusi”.
Imam Safi’i, editor penerbit yang berkantor di Kawasan Setu Babakan, Jagakarsa ini bertindak sebagai pemandu acara. Hadir sebagai pembedah dua pembicara kompeten di bidangnya, Wawan Kurniawan, pengajar fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan KH. Ulil Abshar Abdalla, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU).
Wawan memulai diskusi ini dengan mengangkat pertanyaan fundamental tentang apakah Tuhan menciptakan makhluk hidup secara langsung atau melalui proses gradual (bertahap). “Salah satu inti perdebatan dalam Islam dan evolusi adalah apakah Tuhan menciptakan makhluk hidup secara langsung atau melalui proses gradual yang memakan waktu milyaran tahun,” ujarnya.
Pada perjalannya, muncul pemahaman yang kurang tepat bahwa evolusi dianggap sejalan dengan ateisme karena dalam pandangan agama, Tuhan menciptakan manusia secara langsung, sedangkan evolusi melibatkan proses evolusi berlangsung selama waktu yang sangat panjang.
“Padahal evolusi ada pada ranah sains sedangkan ateisme sudah masuk pada bahasan filosofis,” pungkas mahasiswa doktoral STF Driyarkara ini. Wawan menyebutkan bahwa ada tiga poin utama dalam teori evolusi, yaitu umur bumi yang tua, waktu yang panjang, dan konsep leluhur bersama.
Lihat halaman berikutnya >>>