REPUBLIKA.CO.ID, oleh Friska Yolandha*
Akhir pekan kemarin menjadi hari terakhir uji coba publik Moda Raya Transportasi (MRT) yang membelah Jakarta dari Lebak Bulus menuju Bunderan Hotel Indonesia (HI). Warga berbondong-bondong mencicipi bagaimana nikmatnya menggunakan transportasi massal baru yang ada di DKI Jakarta tersebut.
Sayangnya, antusiasme warga itu dirusak oleh sampah yang dibuang sembarangan, serta aksi-aksi vandalisme yang dilakukan warga tak bertanggung jawab.
Foto-foto yang viral di media sosial menunjukkan seorang warga tengah bergelantungan di pegangan MRT. Di depan orang tersebut, duduk orang lain yang tengah mengabadikan penumpang yang bergelantungan tersebut.
Foto lain memperlihatkan seorang warga yang berdiri di atas kursi MRT. Tidak jelas, dia mau melompat atau sekadar mengecek kekuatan kursi plastik tersebut.
Foto-foto ini kemudian mendapat hujatan di dunia maya. MRT belum lagi diresmikan, tapi ada saja warga yang sudah gatal tangannya ingin merusak. Mungkin, niatnya tidak merusak, hanya ingin membuat konten yang berbeda di Instagram untuk menunjukkan dirinya sudah menjajal MRT. Demi konten. Namun, tentu perbuatan seperti ini tidak dapat diterima mengingat moda transportasi ini baru saja selesai.
MRT dibangun tidak sebentar dan tidak murah. Mengutip jakartamrt.co.id, gagasan MRT sudah muncul sejak 1985 oleh BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian, setelahnya dilakukan studi yang panjang hingga zaman Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Tak selesai di dekade Sutiyoso menjabat, studi MRT dilanjutkan pada masa Gubernur Fauzi Bowo. Foke, panggilan akrab Fauzi Bowo, memulai persiapan pembangunan MRT dengan memindahkan terminal Lebak Bulus dan sejumlah persiapan lainnya.
Barulah pada pemerintahan Gubernur Joko Widodo, proyek nasional ini dieksekusi. Groundbreaking dilakukan pada 10 Oktober di tempat yang hari ini menjadi Stasiun Dukuh Atas. Peresmian dilakukan pada 24 Maret 2019 oleh Gubernur Anies Baswedan bersama Joko Widodo yang berubah status menjadi presiden.
MRT yang memiliki panjang sekitar 16 kilometer ini menghabiskan dana sekitar Rp 16 triliun dari anggaran pemerintah pusat dan daerah. MRT ini hanya satu bagian dari road map pembangunan sistem transportasi perkotaan. Perjalanan menuju moda transportasi terintegrasi masih sangat panjang. Rencana pemerintah selanjutnya adalah melanjutkan perjalanan MRT dari Bundaran HI menuju Ancol sepanjang 8,3 kilometer. Dana yang dihabiskan untuk pembangunan fase II ini diperkirakan sebesar Rp 22,5 triliun.
Tak hanya MRT, pemerintah juga tengah membangun Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Pembangunannya sudah setengah jalan.
Kehadiran MRT dan LRT diharapkan dapat mempermudah perpindahan masyarakat Jakarta dan sekitarnya. MRT dan LRT yang dibuat lebih modern diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membudayakan antre dan bepergian tepat waktu. Pada akhirnya, kehadiran moda transportasi terintegrasi diharapkan bisa mengurangi pemakaian kendaraan pribadi oleh masyarakat dan berpindah ke transportasi massal. Sehingga, polusi di Jakarta dari timbal kendaraan menjadi lebih sedikit.
Cita-cita semulia ini tentu dimulai dari hal kecil, misalnya dengan tidak merusak fasilitas umum. Mungkin, orang-orang di foto yang viral itu ingin menunjukkan betapa bangganya mereka akhirnya memiliki MRT yang selama ini hanya dapat dilihat di televisi/internet. Hanya, saking antusiasnya, mereka lupa kalau MRT tak hanya milik mereka, tetapi juga warga yang lain yang juga turut membiayai pembangunan MRT tersebut dari pajak yang mereka bayar.
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id