Selasa 11 Jun 2019 16:16 WIB

Lalu Zohri Berlari Menuju Catatan Waktu di Bawah 10 Detik

Sprinter Lalu Muhammad Zohri akan berlaga di Olimpiade Tokyo 2020.

Lalu Muhammad Zohri
Foto: Foto: Antara/Hafidz Mubarak
Lalu Muhammad Zohri

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andri Saubani*

Masyarakat Indonesia layak bangga dengan prestasi yang diukir sprinter muda Lalu Muhammad Zohri pada kejuaraan atletik Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang, pada 19 Mei lalu. Pada ajang tersebut, Zohri kembali mempertajam rekor nasional (rekornas) sekaligus Asia Tenggara, lari 100 meter.

Zohri yang berada di line sembilan, finis di urutan ketiga dengan catatan waktu 10,03 detik. Perolehan tersebut memecahkan rekor nasional miliknya sendiri yakni 10,13 detik yang diraih pada Kejuaraan Atletik Asia 2019 yang berlangsung di Doha, Qatar, pada 21 April lalu.

Zohri hanya terpaut tiga per seratus detik dari pelari Amerika Serikat (AS), Justin Gatlin yang finis tercepat dengan catatan waktu 10,00 detik. Adapun, perikat kedua diraih oleh pelari Jepang, Kiryu Yoshihide dengan 10,01 detik.

Sebagai informasi, Gatlin merupakan legenda sprint AS yang merupakan juara dunia dan peraih emas nomor 100 meter pada Olimpiade 2004 dan perak Olimpiade 2016. Dalam kariernya, bisa dibilang Gatlin hanya kalah dari sang legenda dunia lainnya asal Jamaika,  Usain Bolt.

Target dan tujuan Zohri mengikuti kejuaraan tersebut berhasil dicapai. Selain hanya terpaut 0,03 detik dari sang juara dunia, Zohri pun berhasil lolos kualifikasi untuk tampil Olimpiade 2020 di Tokyo dengan batas minimal 10,05 detik. Zohri menjadi pelari pertama Indonesia yang berhasil meraih tiket ke Olimpiade.

Capaian Zohri dalam usianya yang terbilang masih remaja, yakni 18 tahun, terbilang fenomenal. Nama Zohri mendadak terkenal dan viral sejak ia menjadi juara dunia pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018 yang berlangsung di Tampere, Finlandia tanggal 11 Juli 2018. Dengan catatan waktu 10,18 detik, Zohri melesat menjadi yang tercepat meski saat itu sama sekali tidak diunggulkan.

Zohri kemudian mengikuti rangkaian turnamen internasional termasuk Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta. Namun, baru pada Kejuaraan Atletik Asia 2019, Zohri berhasil mempertajam catatan waktu terbaiknya menjadi 10,13 detik yang dicapainya pada babak final. Zohri hanya kalah 0,03 detik dari jagoan Jepang, Kiryu Yoshihide dan berhak atas undangan untuk mengikuti Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang.

Setelah meraih tiket Olimpiade Tokyo, masih ada beberapa pekerjaan rumah bagi Zohri jika ia ingin terus mempertajam catatan sprintnya. Untuk tidak sekadar menjadi ‘penggembira’ di Olimpiade, Zohri wajib menembus catatan waktu 100 meter di bawah 10 detik.

Seorang sprinter adalah paket dari perpaduan tenaga, kekuatan, dan kecepatan melebihi rata-rata. Dan para cepat elite dunia, termasuk legenda Usain Bolt, adalah tampilan dari sebuah 'mesin' hasil kerja dari ledakan energi, reaksi dan refleks, serta pergerakan kilat kedua kaki mereka.

Kebanyakan Olimpians, tentunya dikaruniai berkah fisik dan bakat alam seperti yang ada dalam diri Zohri saat ini. Namun, itu hanyalah sebagian dari resep sukses pelari tercepat di dunia. Yang menentukan kemudian adalah, bagaimana seorang atlet berlatih dan berkomitmen untuk menjadi berbeda dengan lainnya.

Dalam banyak jurnal atau artikel tentang atletik khususnya lari, nomor jarak pendek (100 meter-200 meter) terkenal memiliki rezim latihan yang sulit bisa diikuti oleh orang kebanyakan. Meski setiap pertandingan tidak memakan waktu lebih dari 10 detik, catatan waktu itu diraih dari hasil rangkaian latihan yang panjang, di dalam dan luar lintasan.

Tidak hanya belajar menyempurnakan teknik berlari mulai dari start hingga finish, seorang sprinter top juga terus membangun dan menjaga kekuatan fisiknya. Jamak terlihat dalam setiap laga 100 meter atletik di level dunia, tampilan fisik para sprinter terlihat nyaris seperti atlet binaraga dengan gempalan otot-otot yang menyolok khususnya di bagian lengan dan kaki mereka.

Bangunan fisik tubuh yang kekar dan sterek bukannya tanpa alasan bagi seorang sprinter. Secara saintifik, otot-otot tambahan dibutuhkan karena seorang pelari cepat tidak punya banyak waktu dalam mengubah oksigen menjadi energi dari tubuh mereka saat berlomba.

Kondisi sprinter berbeda dengan pelari jarak jauh, di mana mereka memiliki keleluasaan dalam mengatur dan mengonfersi simpanan glikogen menjadi energi dalam otot. Secara lari jarak jauh adalah latihan yang bersifat aerobik, pemanfaatan oksigen pun menjadi maksimal sebagai penunjang produksi energi.

Adapun bagi sprinter, jarak tempuh di bawah 10 detik membuat otot-otot mereka tidak memiliki cukup waktu untuk menyerap oksigen yang dihirup saat berlari. Konsekuensinya, para sprinter dituntut sudah lebih dulu memiliki energi yang bersifat non-aerobik yang tersimpan dalam otot-otot (ATP) kekar mereka.

Massa otot yang masih harus dibangun oleh Zohri adalah serat-serat otot tipe IIb yang menyimpan banyak phosphocreatine dan ATP yang siap digunakan. Phosphocreatine dan ATP ini tidak memerlukan banyak waktu dan rangkaian yang panjang untuk dilepaskan menjadi energi. Sederhananya, membangun massa otot tipe IIb yang membuat tampilan fisik menjadi kekar, adalah jalan pintas penciptaan energi saat berlari cepat.

Semoga PASI memiliki program yang baik dan didukung ketersediaan anggaran mencukupi dalam mempersiapkan sprinter-sprinter masa depan Indonesia. Khusus bagi Zohri, diharapkan PASI juga bisa menjaga fokus dan komitmennya, mengingat usai menjadi juara dunia junior, ia mendadak menjadi bintang yang tak lepas dari kejaran publisitas.

Teknik awalan start juga harus terus disempurnakan oleh Zohri dan terbukti berhasil memperbaikinya dari turnamen ke turnamen. Pelatih lari jarak pendek PB PASI, Eni Nuraeni optimistis Zohri bisa menembus jajaran elite sprinter dunia yang memiliki catatan waktu di bawah 10 detik.

"Asal kelemahannya, khususnya di start bisa diperbaiki, Zohri pasti bisa menembus jajaran atlet dengan waktu di bawah 10 detik," kata Eni.

*penulis adalah jurnalis Republika.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement