Rabu 30 May 2012 10:20 WIB

Fethullah Gulen dan Misi Kemanusiaannya (I)

Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ahmad Syafii Maarif

Saya termasuk yang terlambat mengenal tokoh yang akan kita bicarakan ini. Sekiranya perwakilan Pasiad, sebuah LSM Turki di Indonesia, yang banyak bergerak di ranah sosial, kemanusiaan, dan pendidikan, tidak meminta saya untuk turut memberikan sambutan pada upacara peluncuran buku karya Gulen dengan judul, Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia, di Jakarta, 29 Mei 2012, tulisan ini tidak akan pernah muncul di sini.

Nama Gulen sudah lama terdengar, terutama dari teman-teman yang pernah belajar di Turki atau dari mereka yang lebih dulu berhubungan dengan Pasiad, tetapi masih sayup-sayup sampai. Oleh sebab itu, saya berterima kasih kepada Bung Cumhur Çil, penasihat khusus Pasiad, yang telah dua kali menemui saya di Jakarta untuk meminta hadir dalam pertemuan di atas.

Karena harus memberi sambutan singkat, untuk mengenal siapa Gulen, sumber internet akan sangat menolong untuk tujuan ini. Sebagian besar sumber yang terbaca umumnya bersikap apresiatif terhadap Gulen atas kerjanya di ranah sosial kemanusiaan. Bahkan Thomas Michel, seorang pastur, kakak kelas saya di Universitas Chicago abad yang lalu, telah menulis sebuah artikel tentang makna keikhlasan menurut Gulen. Begitu dalamnya simpati Michel terhadap Gulen sehingga artikelnya itu tidak cukup hanya dibaca sekali.

Namun, ada juga informasi yang agak miring tentang Gulen yang sempat saya baca dalam artikel Dr Aland Mizell “Why did Turkish PM Recep Tayyip Erdogen not listen to Gulen?” yang muncul pada Maret 2012. Pandangan yang cukup adil tentang Gulen dapat diikuti dalam artikel Bulent Aras dan Omer Caha “Fethullah Gulen and His Liberal ‘Turkish Islam’ Movement” yang muncul pada 2000.

Kedua penulis adalah guru besar pada Universitas Fatih di Istanbul, Turki. Dari berbagai sumber di atas dan masih ada yang lain, saya coba menyoroti Gulen untuk kepentingan Resonansi ini.

Jika pada abad modern muncul seorang warga Turki yang radius pengaruhnya demikian luas secara global, Gulen atau nama lengkapnya Muhammad Fethullah Gulen (1939---) adalah salah satu di antaranya. Gelar Hocaefendi (guru/imam yang dihormati) telah melekat dalam dirinya menjadi testimoni baginya sebagai tokoh spiritual kelas tinggi. Wawasan keislamannya yang membuana telah jauh menembus batas-batas wilayah Turki, bumi kelahirannya.

Gulen tidak saja piawai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam dan kemanusiaan via lisan, tangannya juga sangat terlatih dalam kerja tulis-menulis. Dia seorang pendidik, pemikir, penulis, penyair, dan pengilham. Dengan demikian, antara lidah dan tangannya telah terjalin kerja sama yang apik dan sangat produktif.

Bahasanya yang lembut dan santun langsung menembus hati pendengar dan pembaca karyanya. Pengetahuannya tidak hanya berkutat pada khazanah keislaman, ilmu modern, dan filsafat Barat, khususnya pemikiran Immanuel Kant telah lama jadi sahabatnya. Gulen dikenal sebagai seorang yang ikhlas dalam perilakunya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement