Senin 09 Feb 2015 10:45 WIB

Peran Charlie Hebdo Diambil Alih ISIS

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

 

Apa yang bisa kita bayangkan mengenai seseorang yang dibakar hidup-hidup dalam sebuah kerangkeng besi yang kokoh seperti halnya binatang buas di sebuah kebun binatang?

Ya, seseorang itu adalah Moaz al Kasasbeh, 26 tahun, pilot pesawat tempur Yordania. Pelakunya adalah orang-orang yang menamakan diri sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ad Daulah al Islamiyah fi al Iraq wa as Suriyyah) alias ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).

Setelah dibakar, abu dan sisa-sisa jenazah al Kasasbeh lalu dikuburkan (baca: dibuang) di tempat pembuangan sampah. Ia ditangkap ISIS pada bulan Desember (2014) lalu, saat pesawat tempur yang dipilotinya jatuh di Suriah.

Proses pembakaran itu diabadikan ISIS lewat video yang bisa ditonton lewat internet pada Selasa (3/2) lalu. Berbagai  stasiun televisi dunia lalu mencuplik video itu dalam berita-berita mutakhir tentang ISIS. Saluran televisi internasional Fox bahkan menyiarkan video pembakaran terhadap pemuda al Kasasbeh itu dari awal hingga akhir, yang berdurasi sekitar seperempat jam.

Berbagai media di Timur Tengah -- terutama online --  selama sepekan ini terus mengulas berita mengenai kekejaman di luar perikemanusiaan itu. ISIS selama ini memang dikenal sangat kejam. Menculik, menyiksa, membunuh, dan bahkan dengan cara yang sangat keji sekalipun sudah menjadi berita harian tentang sepak terjang  mereka.

Beberapa wartawan dan pekerja kemanusiaan dari negara-negara Barat telah dipenggal kepalanya. Terakhir dua warga Jepang -- seorang wartawan dan lainnya kontraktor -- juga telah, maaf, ditebas lehernya dengan pedang. Semua kekejaman itu bisa disaksikan lewat video di internet.

Pembunuhan dengan dibakar hidup-hidup? Tindakan keji dengan cara ini bisa dibilang merupakan yang pertama dilakukan ISIS. Juga yang pertama terhadap warga dari negara Arab/Islam  yang disiarkan lewat video. Karena itu, dalam editorial sejumlah media Arab -- antara lain al Jazirah, al Ahram, dan al Sharq al Awsat – dinyatakan dengan membakar hidup-hidup al Kasasbeh berarti ISIS telah dengan terang-terangan mendeklarasikan perang terhadap negara-negara Arab, umat Islam, dan juga agama Islam sendiri.

Mereka menilai tindakan keji ISIS sudah melampaui batas. Pembakaran pemuda al Kasasbeh dalam keadaan hidup yang dikurung dalam kerangkeng besi sudah merupakan iklan global yang gratis untuk memperburuk citra Islam dan umat Islam.

Bisa jadi, ini dari saya, pendeta Amerika Terry Jones, politisi Belanda Geert, dan pengelola majalah Prancis Charlie Hebdo kini tertawa berbahak-bahak menyaksikan kekejian ISIS. Penyebabnya, peran mereka sekarang ini sudah diambil-alih oleh  ISIS alias si Abu Bakar al Baghdadi dan anak buahnya.

Terry Jones adalah pendeta Amerika yang pernah membakar Alquran di depan umum. Geert Wilders merupakan politisi Belanda yang dekenal sangat anti-Islam dan imigran Timur Tengah. Ia beberapa kali telah membuat film pendek yang menghina Islam dan umat Islam. Sedangkan Charlie Hebdo adalah majalah Prancis yang telah beberapa kali menerbitkan karikatur yang merendahkan dan menghina Nabi Muhammad SAW dan Islam.

Atau dalam peribahasa kita ‘nila setitik merusak susu sebelanga’.  Hanya karena perbuatan keji ISIS membakar seseorang hidup-hidup, maka imej Islam dan umat Islam di mata dunia pun menjadi buruk. Menurut pengamat Timur Tengah, Abdurrahman Syalqim, kalaupun musuh-musuh Islam dan Arab mengeluarkan dana jutaan  dolar untuk memproduksi buku-buku dan film yang menghina bangsa Arab dan umat Islam, mereka tidak akan berhasil secepat yang dilakukan oleh ISIS dalam waktu hanya seperempat jam.

Apa yang disampaikan Syalqim tentu ada benarnya. Sebab layar televisi bukan barang mati. Ia bukan sekadar pemanis interior rumah. Program atau acara di televisi sudah seperti peluru yang menyasar ruang-ruang keluarga dan kamar tidur rumah-rumah masyarakat dunia. Apa yang disaksikan masyarakat langsung masuk ke kepala dan berinteraksi dengan jiwa.

Dengan begitu, boleh jadi bila orang mengingat Islam atau Muslim maka yang segera terbayang adalah perbuatan keji tentang pembakaran manusia hidup-hidup dalam kurungan besi.  Karena itu, lanjut Syalqim sebagaimana dimuat di media al Sharq al Awsat,  ISIS bukan hanya telah membakar al Kasasbeh, tapi juga membakar Islam dan umat Islam.

Oleh sebab itu bisa dipahami bila sejumlah ulama marah kepada ISIS. Sheikh Al Azhar, Dr Ahmad Tayyib, menyatakan Islam tak ada hubungannya dengan perbuatan keji ISIS. Pembakaran manusia hidup-hidup, katanya, merupakan puncak kekejaman kemanusiaan. Ia pun menyerukan untuk membunuh dan memotong kaki dan tangan kelompok teroris seperti ISIS. Ia juga menyamakan tindakan ISIS dengan perilaku setan sebagai pembuat kerusakan di muka bumi.

Menurut Sheikh Al Azhar, tindakan keji ISIS harus dilawan. Ia pun mengutip ayat Alquran (QS.5:33): ‘‘Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, serta membuat kerusakan di muka bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang atau diasingkan dari tempat kediamannya...’’

Mufti Mesir Sheikh Dr Syauqi Allam menyebutkan dalih ISIS yang memperbolehkan membakar pilot Yordania adalah sangat salah. Alasannya, ISIS telah melanggar ajaran dan tujuan syariat Islam yang menyerukan untuk menyebarkan kasih sayang dan menjaga jiwa. ‘‘Mereka telah melanggar syariat dan fitrah kemanusiaan. Mereka telah menyandarkan perbuatan keji mereka pada tafsir yang salah mengenai ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi,’’ ia menegaskan.

Raja Yordania Abdullah berjanji kepada rakyatnya bahwa kematian pilot tempurnya tidak akan sia-sia. Ia akan membalas pembakarakan terhadap al Kasasbeh dengan menghancurkan ISIS. Janji itu langsung ia lakukan dengan mengerahkan puluhan serangan udara ke obyek-obyek vital ISIS di Roqqoh yang menjadi basis Abu Bakar al Baghdadi di Suriah. Pembalasan Raja Abdullah ini didukung puluhan ribu warga Yordania yang berunjuk rasa anti-ISIS dan menyatakan, ‘‘Kami semua adalah Moaz al Kasasbeh.’’

Perang ISIS bukan lagi hanya perang melawan Amerika atau negara-negara Barat yang mereka nilai kafir. Kini perang ISIS adalah perang melawan seluruh umat Islam. ISIS telah menghina dan memperburuk citra agama Islam dan umat Islam. Dan, seperti ditegaskan oleh Raja Yordania, ‘‘Kita perang melawan ISIS adalah untuk membela akidah, nilai-nilai, dan dasar-dasar agama kita, yaitu agama Islam.’’

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement