Oleh: Teguh Setiawan, Jurnalis Senior
Sehari sebelum pembukaan Olimpiade Sydney 2000, Asian Wall Street Jurnal (AWSK) menurunkan laporan persiapan pembukaan pesta olahraga dunia empat tahunan itu. AWSJ menulis akan ada satu kursi kosong di tribun VVIP. Kursi kosong itu seharusnya diduduki Bob Hasan.
Bob Hasan saat itu sedang menjalani proses hukum kasus korupsi yang menjerat dirinya. Ia dicekal, alias tidak boleh ke luar negeri. Federasi Asosiasi Atletik Internasional (IAAF), organisasi tertinggi atletik dunia yang pernah dipimpin Bob Hasan, meminta pemerintah RI mengijinkan mantan raja kayu diperbolehkan ke luar negeri dan hadir di Sydney.
Pemerintah RI menolak permintaan itu. Bob Hasan, sosok terhormat di dunia atletik tanah air dan dunia, tidak bisa hadir di pembukaan Olympiade Sydney itu.
Namun semua itu tidak membuat Bob Hasan berhenti mencintai atletik. Ia berada di balik pengiriman atlet cabang olahraga atletik; ke kejuaraan dunia atau berlatih, ke luar negeri. Kini ia berada di balik sukses Lalu Muhammad Zohri.
Bob melakukan semua itu tanpa gembar-gembor ke wartawan. Ia tahu atletik bukan cabang olahraga populer di Indonesia. Atletik hanya dikonsumsi media massa jika panitia punya duit banyak untuk publikasi. Bob Hasan melakukan semua itu sendirian, sama seperti ketika Zohri berlari di lintasan lomba lari dunia nomor 100 m kategori U-18 di Tempere, Finlandia.
Anda tahu, lomba lari 'half marathon' (jarak menengah) di masa lalu, misalnya Bali 10 K dan Borobudur 10 K dahulu Bob Hasan yang menggagasnya. Bukan hanya itu, dialah juga yang mencarikan sponsor dananya. Tapi sekarang Bob Hasan terlihat enggan menghidupkan lagi lomba lari sejenis itu. Padahal dahulu pesertanya sangat meriah dan sangat bergengsi karena hadiahnya sangat besar. Para pelari elit dunia di nomor 10 K dunia jarak menengah pun ikut serta. Bob Hasan berhasil menghidupkan sekaligus membumikan jargon sederhana tapi mengena: Memasyarakatkan Olah Raga dan Mengolah Ragakan Masyarakat.
Poster dari event Borobudur 10 K tahun 1990. (foto koleksi: Toni Reavis).
Memang, entah mengapa Bob Hasan kini tak mau lagi terlibat dalam even lomba lari jarak pendek tersebut. Konon dia merasa enggan karena lomba lari itu hanya sekedar rekreasi pariwisata. Dia enggan karena bukan ajang lomba lari untuk prestasi.
Tak hanya para atlet lari, kala itu Bob Hasan dengan para jurnalis punya hubungan sangat erat. Dia suka membantu para wartawan ketika terkendala kebutuhan ekonomi. Para wartawan olah raga senior sering bercerita mengenai kelembutan tangan dan kelapangan hatinya.
Kisahnya, ada seorang wartawan yang waktu itu tulisannya suka mengkritiknya. Meski begitu Bon Hasan tidak marah. Dia malah menanggapinya dengan omongan bercanda. Katanya, "Biarlah nanti saya jenguk anak itu. Lihat saja nanti ketika sampai di rumahnya pasti gentengnya memanggil manggil aku: Bob Hasan, Bob Hasan!" ujar wartawan senior itu bercerita.
Kala itu semua wartawan ngakak mendengarnya. Ini karena mereka tahu, si-wartawan yang konon sering disebut sebagai jurnalis olah raga kondang, ternyata dibantu Bob Hasan untuk membeli atap dan genteng ketika dia membangun rumahnya.
Selamat Om Bob. Teladan hidupmu sangat indah. Semoga sehat selalu!