REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ady Amar*
Hidup memang misteri. Siapa yang menyangka anak muda Cina yang di masa mudanya tergolong miskin, melamar kerja di KFC bersama 27 pelamar lainnya, tetapi hanya dia yang tidak diterima.
Konon, anak muda itu melamar pekerjaan di hampir 30 perusahaan. Namun tidak satu pun yang diterima. Lalu karena kemampuan bahasa Inggrisnya lumayan, terpaksa dia mengajar bahasa Inggris di sebuah sekolah di kotanya. Dialah Jack Ma, pendiri dan chairman Alibaba Group, sebuah perusahaan e-commerce, dan menjadi orang terkaya di Cina dengan kekayaan lebih dari 38,2 miliar dolar AS.
Awalnya Jack Ma bukan siapa-siapa, hanya orang biasa. Tidak tampak keistimewaannya, seperti layaknya orang kebanyakan, dia cuma guru bahasa Inggris.
Jack Ma meninggalkan kebanyakan orang lainnya, dia terus merangkak naik dengan inovasi bisnisnya yang tidak kering. Karenanya, dia menjelma menjadi inspirasi bagi para pebisnis lainnya, tidak cuma di Cina tapi di belahan dunia lainnya.
Bahkan ucapan-ucapannya menjadi inspirasi tersendiri buat yang mendengarnya. Saat dia belum menjadi siapa-siapa, tentu pernyataan-pernyataannya tidaklah menjadi “sesuatu”. Dan, itu wajar.
CEO Alibaba Group Jack Ma (tengah) menyemarakkan Upacara Penutupan Asian Games ke-18 Tahun 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (2/9).
Harus Menjadi “Besar” Dulu
Seperti orang kebanyakan lainnya, tutur kata meski bernas sekalipun bukanlah sesuatu yang didengar apalagi diperhitungkan. Dibicarakan saja pun tidak. Pikir Jack Ma, aku harus “besar” dulu, supaya apa yang kusampaikan adalah sesuatu yang menginspirasi banyak orang.
Dan memang, apa yang dipikirkannya untuk menjadi orang “besar” dulu, itu bukanlah hal yang salah, meski tidak tepat 100 persen. Namun jika kita melihat para tokoh yang menginspirasi, memang mereka adalah orang-orang “besar” dalam dunianya. Sehingga perkataannya, meski biasa-biasa saja, menjadi inspirasi buat komunitas yang lebih luas. Jack Ma menjelma sebagai tokoh inspiratif.
Ada perkataannya, yang tampak “memberontak”, yang itu sesuai dengan tesis di atas, bahwa seseorang harus menjadi “besar” dulu, jika ingin “didengar” dan “dibicarakan”.
Ini katanya.
“Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan menginspirasi.”
Setelah Jack Ma menuai kesuksesan, perkataan-perkataannya yang meski sederhana dan bahkan sarkastik, dijadikan kredo bagian dari kesuksesannya. Jack Ma, sepertinya memproduksi ujaran-ujaran yang menginspirasi, dan itu bisa menjadi kumpulan inspiratif tersendiri dalam sebuah buku.
Salah satu yang diucapkannya. “Orang bermental miskin adalah orang yang paling susah dilayani. Mereka berpikir lebih banyak daripada profesor, namun bertindak lebih sedikit daripada orang buta.”
Dan ucapan yang lain. “Daripada belajar dari kesuksesan orang lain, belajarlah dari kegagalan mereka.”
Jack Ma mengajarkan semuanya dimulai dari sulit, gagal, dan gagal lagi, dan itu biasa. Itu bagian dari proses menuju keberhasilan.
Itulah bisa jadi hikmah hidup seorang Jack Ma, yang ditolak bekerja di sana sini dan lalu menjadi seorang guru, meski tidak lama. Di sanalah dia tertempa sebagai anak muda yang tidak mudah menyerah untuk mencapai kesuksesan.
Al-Ghazali, sang Sofis, pernah memaparkan sebuah quotes yang kurang lebih menggambarkan tentang misteri Tuhan, begini ujarannya. “Ketika saya melihat kembali kehidupan saya, saya menyadari bahwa setiap kali saya berpikir saya ditolak dari sesuatu yang baik, saya benar-benar diarahkan ke sesuatu yang lebih baik. Anda harus meyakinkan hati Anda bahwa apa pun yang telah ditetapkan oleh Tuhan adalah yang paling tepat dan paling bermanfaat bagi Anda.”
Marilah belajar dan ambil sisi-sisi baik dari Jack Ma atau dari tokoh-tokoh yang menginspirasi. Jangan cuma melihat kesuksesannya, tapi lihat juga proses menuju kesuksesan.
*) Pemerhati Sosial Keagamaan