Rabu 03 Jul 2019 11:34 WIB

26 Tahun Dompet Dhuafa, Jalan Pengabdian Masih Panjang

Dompet Dhuafa mengubah mindset pengelolaan dana umat dari tradisional ke profesional.

Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2008-2013 dan 2016-2019 Ismail A Said.
Foto: Dompet Dhuafa
Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2008-2013 dan 2016-2019 Ismail A Said.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ismail A Said, Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Republika 2008-2013 dan 2016-2019

Tepat 2 Juli lalu, Dompet Dhuafa genap berusia 26 tahun. Usia yang cukup matang untuk sebuah organisasi, meski masih kalah tua dibanding lembaga atau organisasi lain. Namun, tentu saja kita tidak ingin terjebak pada bilangan dan angka usia, karena yang paling penting adalah sebanyak apa manfaat yang sudah diberikan lembaga ini kepada umat, masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia.

Baca Juga

Perjalanan cukup panjang yang dilalui Dompet Dhuafa ini tentu saja patut disyukuri. Mengapa? Di tengah perkembangan dunia teknologi dan informasi yang begitu pesat, di mana banyak perusahaan, organisasi, atau lembaga yang tumbang, Dompet Dhuafa masih bisa bertahan, dan bahkan berkembang. Insya Allah, dengan dukungan masyarakat yang masih sangat tinggi, kita semua optimistis Dompet Dhuafa akan terus eksis, menebarkan manfaat, membentang kebaikan, dan mampu menjawab tantangan zaman.

Di usianya yang ke-26, banyak torehan penting dan juga membanggakan, selain tentu saja kita tidak menutup mata atas segala kekurangan dan keterbatasan. Sebagai “tahadduts bin ni’mah”, selama 26 tahun Dompet Dhuafa telah berhasil mengoptimalkan kepercayaan dana publik sebesar Rp 2,66 triliun, dengan alokasi penyaluran 90 persen, dan penerima manfaat mencapai 19.3 juta jiwa.

Jaringannya kini mencapai pelosok Nusantara, dan bahkan di lima benua. Tak sedikit apresiasi dan penghargaan yang diterima, baik skala nasional, regional, maupun global.

Kehadiran Dompet Dhuafa adalah fenomena. Ia menjadi lembaga yang mampu mengubah mindset pengelolaan dana umat yang (biasanya) tradisional menjadi manajemen profesional. Ketika banyak orang melakukan pekerjaan sosial sambil lalu, amil Dompet Dhuafa sudah bekerja penuh waktu. Banyak terobosan dan inovasi yang terus dilahirkan Dompet Dhuafa sehingga ia bisa menjadi—meminjam istilah De Geus (1997)—the living company, atau the living organization. 

Eksistensi dan kemajuan Dompet Dhuafa saat ini tentu merupakan rahmat Allah SWT yang tiada terkira. Yang dititipkan melalui inisiator, para pendiri, pemimpin, amil dan karyawan, serta para donatur dan masyarakat yang menerima manfaat atas kehadiran Dompet Dhuafa. Sebagian besar dari mereka ada yang masih bahu-membahu membesarkan Dompet Dhuafa, sebagian ada yang sudah berdiaspora, dan bahkan sebagian lagi sudah menghadap sang Pencipta. Sekecil apa pun, peran dan jasa mereka akan selalu tertoreh dan menjadi catatan amal kebajikan di sisi Allah.

Jas Merah

Apa yang berhasil dicapai Dompet Dhuafa saat ini adalah hasil kerja cerdas dan kerja ikhlas dari banyak pihak, secara berkesinambungan. Sebagaimana dikatakan Parni Hadi, Dompet Dhuafa lahir dari mata rantai sejarah.

Dompet Dhuafa lahir karena ada Republika, koran ini juga hadir karena ICMI, Habibie, dan terus hingga para pendiri Republik ini. Untuk itu cita-cita Dompet Dhuafa yang ingin membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan mewujudkan keadilan sosial selalu seiring dan selaras dengan tujuan negara bangsa ini. Untuk itu, kita tidak boleh melupakan sejarah.

“Jas merah,” kata Bung Karno.

Oleh karenanya, kita patut mengapresiasi dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada mereka yang telah mengabdi di jalan kemanusiaan ini. Ada Parni Hadi yang “dititipi wangsit” untuk mendirikan lembaga ini. Hingga kini masih setia menjaga value lembaga agar tidak tergerus dan tetap lurus. Ada pula Erie Sudewo yang berhasil membangun pondasi yang kokoh sehingga Dompet Dhuafa masih tetap tegak berdiri hingga kini.

Di masa awal-awal, sebelum banyak lembaga sosial muncul, Dompet Dhuafa telah menjadi pionir untuk memecahkan persoalan masyarakat. Salah satu program unggulan yang beliau gulirkan misalnya, Tebar Hewan Kurban (THK). Program ini bertujuan untuk menghasilkan kedaulatan ternak di Indonesia. Sehingga muncul ratusan hingga ribuan peternak muda baru yang mengembangkan peternakan di Indonesia.

Di masanya pula, klinik gratis pertama untuk masyarakat dhuafa di Indonesia berdiri.  Demikian pula dengan keberpihakannya kepada pengembangan ekonomi mikro syariah, yang berhasil melahirkan ribuan BMT di seluruh Tanah Air.

Ada juga Zaim Uchrowi, yang meskipun singkat menjabat sebagai care taker saat Mas Erie cuti belajar, menorehkan inovasi program yang tidak bisa dipandang enteng. Kartu Ukhuwah hasil kerja sama dengan salah satu bank syariah ketika itu mampu mengefektifkan penyaluran zakat kepada masyarakat.

Selanjutnya ada Rahmat Riyadi yang berhasil meluaskan sayap organisasi. Di masanya, Dompet Dhuafa membuka cabang luar negeri pertama, Hong Kong. Hingga kini cabang tersebut setia melayani saudara-saudara, pekerja migran yang mengadu nasib di perantauan. Kini, selain di Hong Kong, cabang Dompet Dhuafa telah ada di Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Di masanya pula Dompet Dhuafa berhasil memiliki sekolah sendiri, yang kemudian melahirkan generasi-generasi cerdas bagi bangsa ini. Di Sekolah SMART Ekselensia ini, semua lulusannya diterima di perguruan tinggi negeri favorit. Mereka berhasil melepas jeratan kemiskinan keluarga mereka selama ini dengan Pendidikan yang berkualitas.

11 Tahun Pengabdian

Saya sendiri merasa beruntung dan bangga bisa menjadi bagian dari perjalanan Dompet Dhuafa. Sedikitnya 11 tahun saya lalui jalan kemanusiaan ini. Semoga terhindar dari riya dan sombong, tentu saja banyak legacy yang kami tinggalkan bagi perkembangan dan kemajuan lembaga ini.

Saya menyebut kami karena saya sadari, bahwa saya tidak sendiri memimpin Dompet Dhuafa. Di 5 tahun pertama saya, saya didampingi Ahmad Juwaini, yang kini mengemban amanah di Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

Demikian pula ketika saya diminta kembali untuk memimpin yayasan Dompet Dhuafa pada tahun 2016, setelah tiga tahun mengemban amanah di Dompet Dhuafa Social Enterprise. Saya didukung penuh oleh Imam Rulyawan bersama jajaran direksi Dompet Dhuafa Filantropi, dan Iwan Ridwan beserta direksi Dompet Dhuafa Social Enterprise. Dengan dukungan mereka, dan tentu saja amil dan karyawan hingga level terbawah, program dan rencana kerja yang dicanangkan bisa dijalankan dengan baik.

Di bidang kesehatan misalnya, Dompet Dhuafa berhasil membangun rumah sakit tipe C dengan 60 tempat tidur khusus dhuafa dengan dana wakaf. Rumah sakit dengan nama Rumah Sehat Terpadu ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan memberikan pelayanan dengan standar tinggi kepada pasien dhuafa. Saat ini Dompet Dhuafa telah mengelola 7 rumah sakit dan 20-an klinik pratama. Fasilitas kesehatan ini tersebar di berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua. 

Di bidang pendidikan, Dompet Dhuafa menerima wakaf Sekolah Al Syukro yang berlokasi di Ciputat Tangerang Selatan, juga sekolah dari Holcim. Kedua sekolah ini melengkapi fasilitas pendidikan yang dikelola Dompet Dhuafa. Demikian pula dengan program beasiswa di berbagai perguruan tinggi dan Institut Kemandirian yang semakin berkembang dalam membantu dan menyiapkan tenaga terampil.

Juga di bidang ekonomi yang menjadi ujung tombak dalam menyejahterakan kaum dhuafa. Selain dengan pola pendampingan yang selama ini dijalankan, kini Dompet Dhuafa memasuki skala industri. Saat ini Dompet Dhuafa mengelola kawasan agroindustri yang kami sebut Kebun Indonesia Berdaya. Di atas areal 8,5 hektar yang terletak di Subang, Dompet Dhuafa melibatkan masyarakat untuk menanam buah nanas dan mengelahnya dengan berbagai produk turunan dalam jumlah besar.

Dari aspek penghimpunan, selain zakat infak dan sedekah, pertumbuhan wakaf juga sangat menggembirakan. Saat ini, tak kurang dari 42 aset wakaf yang diproduktifkan Dompet Dhuafa guna mendukung program pemberdayaan masyarakat. Selain itu, dalam empat tahun terakhir penerimaan wakaf uang juga meningkat drastis sebesar 77 persen.

Sekali lagi, semua capaian tersebut bukan hasil kerja perorangan, melainkan banyak pihak dalam rentang waktu yang cukup panjang. Berbagai keberhasilan yang dicapai pada periode ini juga tidak terlepas dari soliditas tim di berbagai tingkatan, termasuk bimbingan dan arahan dari para Pembina, khususnya Bapak Parni Hadi, selaku Ketua Pembina Dompet Dhuafa.

Proses Regenerasi

Ada ungkapan yang perlu kita renungi, setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masanya. Tambahan untuk konteks Dompet Dhuafa, setiap pemimpin memiliki program unggulannya. Itulah sunnatullah yang harus dijalani.

Dari masa ke masa, kepemimpinan di Dompet Dhuafa silih berganti. Setiap pemimpin pun ada keunggulan masing-masing. Bahkan, mereka saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Saya merasa sudah cukup waktu memimpin Dompet Dhuafa. Kini saatnya regenerasi dan proses kaderisasi berjalan dengan semestinya. Perjalanan Dompet Dhuafa masih sangat panjang. Tantangan yang dihadapi ke depan pun semakin berat. Masih banyak rencana yang belum terlaksana. Untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sesuai dengan zamannya.

Kini saatnya saya pamit, undur diri, memberikan kesempatan kepada yang lebih muda untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Saya akan tetap meniti jalan kemanusiaan, meski bukan di jalur utama.

Kepada rekan-rekan pengurus baru, saya sampaikan selamat menjalankan tugas. Kepada reka-rekan direksi, Amil dan karyawan Dompet Dhuafa saya berharap dapat memberikan dukungan sepenuhnya kepada pengurus baru, melebihi dukungan apa yang anda berikan kepadasaya selama ini.

Saya memohon maaf, mana kala ada salah dan khilaf. Seraya memohon ampun dan ridho dari Allah SWT, semoga semua karya kemanusiaan kita membawa manfaat bagi seluruh alam. Wassalam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement