REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Satria, Rektor IPB
Kata orang, ada orang yang tenar karena media. Ada juga orang yang besar karena karya. Bisa juga orang tenar dan besar karena dua-duanya. Hari pahlawan telah kita peringati. Apakah pahlawan dikenang karena tenarnya di media ataukah dikenang karena karyanya?
Karya tidak saja merujuk pada produk yang tangible. Karya bisa merujuk pada pikiran dan tindakan. Karya disebut besar kalau membawa perubahan menuju kemajuan.
Pahlawan kemerdekaan memiliki karya besar berupa pikiran dan tindakan dalam rangka perjuangan kemerdekaan. Ada perjuangan melalui gerakan massa baik bersenjata atau tidak, ada juga berupa gerakan intelektual dan gerakan ekonomi.
Sekarang bukan lagi era perjuangan kemerdekaan. Sekarang adalah era mensyukuri kemerdekaan. Mensyukuri kemerdekaan yang terbaik adalah dengan karya yang menyejarah.
Karya yang menyejarah akan selalu menginspirasi. Seperti apa sosok pahlawan atau hero era baru ini?
Menurut KBBI, hero berarti orang yang dihormati karena keberanian, atau orang yang dikagumi karena kecakapan dan prestasi. Menurut Oxford Dictionaries, hero adalah "a person who is admired for their courage, outstanding achievements, or noble qualities".
Semua orang bisa menjadi hero. Kuncinya adalah keberanian, prestasi yang luar biasa dan membawa manfaat untuk orang lain.
Bicara tentang hero jadi teringat sosok guru besar IPB yang bernama Prof Bambang Hero Saharjo. Kebetulan pada namanya ada kata "Hero". Nama bukan tanpa sebab. Bisa jadi orang tua beliau memang menginginkan putranya menjadi "hero".
Nama adalah doa. Kini orang tua beliau bisa tersenyum bahagia bahwa sebagian doanya terkabul. Bagi pejuang lingkungan, kini Prof Bambang menjadi "hero".
Perjuangannya yang konsisten dalam meneliti kebakaran hutan kini diakui dunia. Baru-baru saja beliau mendapat penghargaan bergengsi John Maddox Prize 2019 di Inggris, dengan menyisihkan 206 calon dari 38 negara. Penghargaan diberikan karena dedikasinya meneliti satu topik bertahun-tahun dan hasil penelitiannya pun banyak menjadi bahan kebijakan.
Inilah penelitian transformatif, yakni penelitian yang berdampak. Penelitian transformatif selalu ada keberpihakan dan tidak bebas nilai. Karena dampak itulah beliau mendapat penghargaan.
Penghargaan adalah akibat, bukan tujuan. Karena itu penghargaan ada di ujung hilir, yang sulit dicapai tanpa perjuangan keras di hulu. Ancaman kriminalisasi berkali-kali ia dapatkan. Namun kegigihan dalam meneliti tak putus di jalan, kegigihan yang bersimbiosis dengan keberanian. Kata pepatah, "No pain, no gain".
Di IPB masih banyak "hero" lain, baik yang muncul di permukaan maupun yang masih bertahan bekerja dalam kesunyian. Ada Dr. Hajrial Aswiddinnoor yang menemukan varietas IPB 3S sebagai varietas unggul dengan produktivitas bisa mencapai 11 ton/hektar lebih.
Ada juga bapak Kamir R Brata penemu teknologi biopori yang kini sudah dipraktikkan di mana-mana. Inovasinya sangat bermanfaat untuk kelestarian lingkungan. Masih banyak lagi nama-nama lain yang sungguh berprestasi dan memberi nilai tambah pada kehidupan.
Penghargaan adalah akibat, bukan tujuan, Arif Satria, Rektor IPB
Rektor IPB Arif Satria.
Para hero di dunia umumnya lahir tanpa desain. Hero adalah predikat dari orang lain. Mereka tumbuh mengalir secara alamiah, tanpa rekayasa. Mereka bekerja lebih keras dari orang lain.
Mereka bekerja dengan passion yang tinggi. Mereka jarang mengatakan dirinya hebat. Orang lainlah yang mengatakan hebat karena telah merasakan betapa karyanya bermanfaat.
Hero adalah reputasi, yaitu nama baik yang tercipta karena orang lain mengakuinya. Orang lain telah merasakan manfaat karyanya. Akhirnya, hero adalah investasi, yang karena karyanya memberi manfaat untuk orang lain, maka secara tak terduga akan banyak gain yang didapat kelak.
Gain bisa tangible atau intangible. Tuhan tidak akan tinggal diam kepada orang yang telah memberi manfaat untuk orang lain. Hirarki manfaat akan menentukan seberapa besar gain yang didapat. Hirarkinya bermula dari hero untuk diri sendiri, hero untuk keluarga, hero untuk sahabat, hero untuk organisasi, hero untuk masyarakat, hero untuk bangsa, hingga hero untuk dunia.
Namun demikian, hero sejati tak pernah memikirkan gain untuk dirinya. Hero sejati tak pernah memikirkan karyanya sebagai investasi. Hero sejati selalu ingin mempersembahkan karyanya penuh aura keikhlasan.
Hero berkarya untuk kemajuan bersama. Di kampus, akan makin banyak hero bermunculan. Kuncinya adalah karya inovasi yang menginspirasi. Kuncinya ada pada orientasi kebenaran, bukan ketenaran. Karena itulah kata-kata mutiara dari Pak Andi Hakim Nasoetion patut kita ingat kembali: "Carilah kebenaran, bukan ketenaran, maka bertemulah keduanya".
-- Hongkong, 27 November 2019
Simak video iMPRESI di RepublikaTV: